TEMPO memasuki tahun ke-15. Sejarah yang masih pendek, karena itu masih bisa dikenangkan pahit manisnya. Tapi, juga sejarah yang masih cukup pagi, untuk menyongsong masa depan. Tujuh tahun yang lalu, Direktur Utama Eric F.H. Samola (waktu itu 42 tahun) sudah memesankan agar tiap tingkat rganisasi dalam TEMPO menyi-apkan "generasi baru". Pesan itu dilaksanakan dengan pelbagai program. Salah satu hasilnya terwujud: di nomor ini kami bisa memperkenalkan empat orang baru yang dapat tugas kepemimpinan. Jabatan mereka: wakil direktur. Mereka dipilih berdasarkan sejumlah kriteria - antara lain pengalaman membangun satu tingkat organisasi atau lebih, berikut sistem kerjanya. Empat orang itu adalah (berdasarkan abjad): Harun Musawa, Hiujana Prajna, Mahtum, dan Yusril Djalinus. Harun, 36 tahun, adalah wakil direktur investasi. Ia mendampingi Lukman Setiawan. Selain itu, ia memegang kendali penerbitan buku, suatu proyek yang cukup rumit, di samping tugasnya sebagai redaktur pelaksana. Sebagaimana banyak rekan TEMPO lain, Harun (yang memulai kariernya sebagai reporter sejak TEMPO terbit), banyak diterjunkan dalam pelbagai tim perbaikan organisasi ataupun kualitas produk. Di sana ia dulu berlatih, kini ia ikut melatih, dan menilai. Seangkatan dengan Harun adalah Yusril Djalinus. Kelahiran Jakarta yang dibesarkan di Jawa Barat ini (dengan aksen sangat Sunda dan semangat pro Persib), juga mulai sebagai reporter. Pengalamannya menggambarkan riwayat TEMPO: Ketika majalah ini mulai menyediakan kendaraan untuk wartawannya, yang didapat Yusril adalah sebuah Lambretta. Ini pun harus bergantian dengan Herry Komar, kini koordinator redaktur pelaksana. Di tahun 1976 ia jadi koordinator reportase: suatu tugas yang sama sekali baru di TEMPO, dan bahkan tak ada modelnya di mana pun juga. Yusrillah yang kemudian meletakkan dasar organisasi, sistem kerja serta sistem informasl dalam pos yang vital itu. Ia kemudian, di awal 1983, jadi redaktur pelaksana. Kini, dalam umur 41, tugas ini harus dirangkapnya dengan tugas sebagai wakil direktur departemen produksi. Di sini ia mengawasi anggaran, pembaruan teknologi, logistik, dan pendataan. Dari jurusan yang agak lain tampil Mahtum. Dia wakil direktur termuda, belum lagi 36 tahun. Kelahiran Bumiayu(Jawa Tengah) yang besar di Yogya ini memulai kariernya sebagai . . . karikaturis. Tapi ia, yang masih merangkap sebagai kepala Bagian Iklan TEMPO (dia juga ketua pelaksana Badan Periklanan Media Pers Nasional), kini wakil dlrektur pemasaran. Orang yang tak pernah lupa sembahyang lima waktu ini bekerja di TEMPO sejak usia 21. Mula-mula tugasnya, setelah berhenti sebagai karikaturis, mengurusi penjualan TEMPO antara lain di kios-kios. Kemudian ia ke bagian iklan. Mencari iklan untuk TEMPO waktu itu bukan main sulitnya: maklum, oplah masih kecil. Mahtum pun menjelajahi Ibu Kota dengan sepeda motornya, berpanas berhujan hujan. Hasilnya kini baru bisa dipetik. Toh Mahtum, walau bersentuhan dengan dunia iklan yang gemerlap, tetap seperti dulu: mobilnya sebuah jip tua yang belum diganti. Wakil direktur yang tak boleh dilupakan, tapi tak pernah tampil keluar, adalah Hiujana Prajna. Ia orang keuangan selama 11 tahun. Tapi dia tak cuma bisa omong angka angka. Ia bisa memasang poster-poster humor biki-nannya sendiri di ruangannya, dan di tiap rapat anggaran, ia punya sem-boyan: tiap angka pasti ada "novelnya", atau ceritanya. Dari angka dan cerita itulah TEMPO perlahan-lahan maju, berdikit-dikit. Terima kasih untuk kesabaran pembaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini