Penghargaan

Pintu penghargaan bagi wartawan bertambah satu. Pantau, majalah bulanan tentang media dan jurnalisme yang berkantor di Jakarta, kini ikut melengkapi beberapa lembaga pemberi penghargaan bagi wartawan yang berprestasi, seperti Udin Award dari Aliansi Jurnalis Independen dan Penghargaan Adinegoro dari Persatuan Wartawan Indonesia. Jumat pekan lalu, tim dewan juri yang dibentuk majalah yang mengibarkan jurnalisme sastrawi itu mengumumkan 9 wartawan muda Indonesia yang dinilai berbakat, mampu menjaga integritas diri, independen, berdaya tembus tinggi, mempunyai skop, serta mempunyai dedikasi dan keberanian. Mereka Agus Susanto (harian Kompas), Budi Setiyono (Suara Merdeka), Edy Budiyarso (Majalah Tempo), Gita Widya Laksmini (Majalah Tempo), Kemal Jufri (biro foto Imaji), Rahmat Yunianto (Metro TV), Suwarjono (Detikcom), Wendi Ruky (Trans TV), dan Yenni Kuok (CNN.com). Para wartawan tersebut berusia di bawah 30 tahun dan dianggap berprestasi. Contohnya, Yenni Kuok, 29 tahun. Koresponden CNN.com di Jakarta itu pernah mewawancarai orang-orang Indonesia keturunan Cina yang berlindung di Hong Kong pascakerusuhan Mei 1998 di Indonesia. Ketika itu banyak rumah dan bisnis orang-orang Cina dihancurkan. Kuok juga pernah membuat narasi panjang tentang Pramoedya Ananta Toer, novelis yang pernah dinominasikan untuk penghargaan Nobel. Untuk penjurian, Pantau menggandeng beberapa wartawan senior, antara lain Riza Primadi (Direktur Pemberitaan Trans TV), Hani Hasyim (Intermatrix), Maria Hartiningsih (Kompas), Oscar Motuloh (Antara), Santoso (Radio 68H), Toriq Hadad (Tempo), dan Uni Z. Lubis (TV7). Juri bekerja dalam kapasitasnya sebagai pribadi. Dalam proses seleksi, para juri tak melakukan penjurian terhadap peserta yang memungkinkan munculnya konflik kepentingan.