Dita Indahsari, 28 tahun, aktivis buruh di Indonesia, akan memperoleh penghargaan Ramon Magsaysay untuk kategori emergent leadership (pemimpin baru). Ketua Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia itu dinilai telah berjuang di barisan depan melawan penindasan buruh dan kejahatan terhadap perempuan. Karena itu, ia berhak menerima hadiah medali emas dan uang US$ 50 ribu. Demikian pengumuman Yayasan Ramon Magsaysay, organisasi nonpemerintah di Filipina, seperti diungkapkan Dita kepada pers, Rabu pekan lalu.
Wanita kelahiran Medan itu mulai aktif di bidang pergerakan buruh sejak 1992, ketika ia masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Dalam pendampingan buruh, Dita dan kawan-kawan melakukan penyadaran tentang hak politik, hak ekonomi, dan hak sosial. Termasuk dalam program itu, pengajaran cara membentuk organisasi, memimpin rapat, cara mogok, dan cara bernegosiasi.
Dita mulai membentuk serikat buruh pada 1994—era ketika rezim Orde Baru yang otoriter masih melarang organisasi buruh selain Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. Organisasi buruh satu-satunya di masa Orde Baru itu telah terkooptasi untuk kepentingan pemerintah. Pada 1996, Dita, yang juga aktivis Partai Rakyat Demokratik, ditangkap aparat karena memimpin aksi unjuk rasa ribuan buruh di Tandes, Surabaya. Dia meringkuk di penjara tiga tahun.
Dita adalah tokoh termuda dari beberapa orang Indonesia yang pernah menerima penghargaan Ramon Magsaysay. Mereka Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, dan Atmakusumah Astraatmadja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini