Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DENGAN senyum terurai, seniman Heri Dono menerima Prince Clauss Award (Anugerah Pangeran Clauss) 1998. Penghargaan itu diserahkan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Baron Schelto van Heemstra, di Yogyakarta, Jumat pekan lalu. Kemenangan Heri diumumkan sebelumnya di Istana Kerajaan Belanda di Amsterdam.
Heri, 38 tahun, terhitung satu dari 13 seniman dunia yang berhak atas hadiah senilai US$ 20 ribu. Tahun lalu, anugerah serupa diberikan kepada kritikus seni Jim Supangkat dan koreografer Sardono W. Kusumo.
Rupanya, Heri, yang pernah kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta, pada 1985, dianggap sebagai seniman tak konvensional. Ia berani mengawinkan tradisi Indonesia dengan corak kontemporer. Dalang wayang, misalnya, ditempatkannya di bawah pengarahan sutradara. Pertunjukan gamelan dibarenginya dengan musik keyboard.
GENGSI internasional juga dipetik artis film Christine Hakim. Christine dan film Daun di Atas Bantal memperoleh penghargaan sebagai artis dan film terbaik pada Festival Film Asia Pasifik ke-43 di Taipei, Taiwan, Sabtu pekan lalu. Penyerahan hadiahnya, Golden Horse Award, dilakukan di Yat Sen Memorial Hall.
Bagi Christine, sukses Daun di Atas Bantal merupakan kemenangan perfilman nasional, yang selama ini terpuruk. Tapi itu tentu tidak menjamin film Indonesia bakal menjadi tuan di rumah sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo