Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Menghirup Oksigen pada Bulan Suci

Bulan Ramadan adalah kesempatan baik untuk revitalisasi kerohanian. Untuk itu, sejumlah lembaga Islam menyelenggarakan paket kegiatan kerohanian.

14 Desember 1998 | 00.00 WIB

Menghirup Oksigen pada Bulan Suci
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Ramadan tinggal beberapa hari lagi. Pada bulan yang baik itulah upaya untuk revitalisasi kerohanian mencapai titik yang paling afdal. Karena selama sebulan umat Islam diwajibkan berpuasa, ibadah yang sangat personal, yang hanya diketahui oleh yang melaksanakan dan Tuhan. Ibadah ini dianggap sebagai latihan dan peragaan kesadaran akan ketuhanan. Sekaligus melatih seseorang untuk mampu menahan diri dari godaan hawa nafsu.

Tujuan dari puasa adalah pencapaian tingkat kerohanian yang dalam bahasa Alquran disebut takwa. Ditafsirkan secara bebas, tingkat kerohanian itu sejatinya kondisi psikologis yang berada pada titik koordinat yang ideal: seimbang antara aspek jasmani-rohani. Kegiatan duniawi selama 11 bulan bukan tidak mungkin "mengobok-obok" aspek rohani, maka pada bulan Ramadan adalah kesempatan untuk revitalisasi kerohanian. Pengisian "energi" kerohanian ini ibarat menghirupan "oksigen" yang segar.

Pada bulan ini pula, biasanya sejumlah lembaga Islam menyiapkan paket-paket kegiatan pendalaman agama. Prof. Dr. Azyumardi Azra, Rektor Institut Agama Islam Negeri Jakarta, memberikan kiat untuk memilih jenis kegiatan Ramadan untuk kalangan eksekutif. Pakar sejarah Islam itu merekomendasikan kegiatan yang berorientasi murni keagamaan, misalnya panduan cara salat dan puasa yang efektif, cara membayar zakat yang benar, juga kajian tasawuf. Materi-materi semacam itu dibutuhkan, karena kalangan eksekutif biasanya telah jenuh dengan persoalan-persoalan duniawi-intelektual. Kalau itu persoalan Anda, beberapa paket kegiatan Ramadan berikut ini laik diikuti.

Yayasan Tazkiya Jakarta menyelenggarakan acara khalwat di Perumahan Evergreen, Bogor, 19-20 Desember. Setiap peserta dikutip biaya Rp 150 ribu. Sembari menyepi di sebuah tempat yang sunyi, sejuk, dan menyegarkan, peserta diajak mengkaji aspek-aspek esoteris (rohaniah) dan eksoteris (peribadatan) secara mendalam, sekaligus mempraktekkannya. Cara-cara tasawuf itu dipakai, kata Dr. Jalaluddin Rakhmat, pengasuh Yayasan Tazkiya, agar peserta memperoleh pengalaman religius yang bisa membangkitkan rasa keberagamaan.

Pilihan kegiatan yang melibatkan proses kerohanian langsung itu diambil, karena bentuk ceramah dianggap sudah menjenuhkan dan kelebihan informasi dinilai malah membuat resah. Hasilnya? "Mereka merasakan pengalaman keberagamaan yang khusus," kata Jalaluddin Rakhmat yang juga seorang pakar komunikasi massa dan tasawuf itu, mengutip hasil khalwat tahun lalu.

Lembaga Youth Islamic Study Club di bawah naungan masjid Al-Azhar di Jalan Sisinga Mangaraja, Jakarta, mengadakan kajian keislaman untuk profesional muda. Menghadirkan pembicara semacam Dr. Komaruddin Hidayat (Yayasan Paramadina, Jakarta) dan Masdar F. Mas`udi (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta), program ini akan menyuguhkan materi pokok etika praktis, kajian zakat sebagai peningkatan hubungan horizontal, dan kajian zikir untuk ketenangan hidup. Berlangsung enam sesi dalam sebulan, setiap peserta dipungut biaya Rp 75 ribu. Lewat program ini, peserta akan memperoleh petunjuk memecahkan dilema etis yang mereka hadapi dalam kegiatan profesional sehari-hari. Nilai lebih dari kegiatan ini adalah peserta diajak menginventarisasi dilema masing-masing, lalu mencari jawabannya berdasarkan etika Islam.

Yayasan Paramadina Jakarta menyelenggarakan kajian tasawuf intensif dalam enam kali pertemuan setiap Sabtu mulai 26 Desember di Kantor Yayasan Paramadina, Jalan Metro Pondok Indah, Jakarta. Setiap peserta dikutip biaya Rp 160 ribu. Dengan dosen Prof. Dr. Nurcholish Madjid, Dr. Said Agil Munawwar, Dr. Zainun Kamal, dan Dr. Komaruddin Hidayat, program itu akan menekankan pada kajian tasawuf yang sesuai dengan "Jalan Rasul", seperti digagas oleh Syeikh Ahmad Sirhindi, pemikir Islam dan sufi asal India. Kajian ini sangat penting untuk mengetahui rambu-rambu yang sesuai ajaran Nabi Muhammad dalam mendalami ilmu tasawuf.

Jadi, silakan "menghirup oksigen" baru di bulan suci.

Kelik M. Nugroho., Ahmad Fuadi, Hardi R. Hermawan, Darmawan Sepriyosa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus