Judul tulisan pada rubrik Pendidikan, TEMPO, 11 September, ''Ketika Ekstremis dan Rezim Berantem'', kurang mendidik. Tulisan tentang SMA 70 Jakarta itu pun hanya menampilkan yang negatifnya, sedangkan yang positif, misalnya SMA 70 menjadi juara I Wawasan Wiyata Mandala tingkat SLTA se-DKI Jakarta tahun 1993, sayang, tidak ditampilkan. Kalimat ''Hingga akhir pekan lalu baru separuhnya yang memenuhi kewajiban mendaftar ulang'' tidak benar. Kenyataannya, untuk kelas II, yang belum mendaftar ulang 15 orang, dan untuk kelas III hanya 5 orang. Lagi pula, tak ada kaca jendela yang pecah seperti yang ditulis TEMPO. Dalam tulisan itu juga disebutkan prestasi SMA 70 tahun lalu (1992), kurang lebih 200 lulusannya masuk perguruan tinggi negeri. Seharusnya, itu prestasi tahun ini (1993). Menurut Dra. Isya Liusufin, berkelompok dalam masa remaja adalah normal. Jadi, bukan munculnya geng-geng yang dianggapnya normal. Soalnya, kata ''geng'' mengandung konotasi negatif. DRS. ASRUL CHATIB Kepala SMA 70 Jakarta Jakarta Terima kasih atas koreksi Anda. Ketika wartawan TEMPO ke SMA 70, memang tak terlihat ada kaca jendela pecah. Informasi bahwa dalam perkelahian itu ada kaca jendela pecah kami peroleh dari sebagian siswa yang kami wawancarai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini