Penjelasan TH. sumartana

1. Maksud surat Kepala Bidang Penerangan dari Kantor Perwakilan RI di Hong Kong untuk menanggapi artikel saya di TEMPO, saya mengerti sepenuhnya. Berikut ini saya menyambutnya dengan "semangat" Natal 1993 serta Tahun Baru 1994. 2. Agar tak terjebak dalam "klise" polemik yang tidak produktif, saya usulkan agar ada sponsor untuk meneliti barang sebulan keadaan tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di Hong Kong. Saya yakin, yang saya tulis benar, berdasarkan pergaulan saya selama seminggu di Hong Kong dengan para TKW tersebut. Juga dengan para pekerja kapal yang sedang mangkal di sana, yang jumlahnya cukup banyak. Andai kata saya dianggap terlalu percaya omongan para TKW, mungkin lembaga seperti AKATIGA di Bandung bisa melakukan survei agar hasilnya objektif dan netral. 3. Saya dengar tidak ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Indonesia yang bisa "menemani" secara penuh para buruh wanita tersebut, sedangkan para TKW dari Filipina dan Thailand "didukung" banyak LSM dari negeri mereka. Padahal, banyak masalah hukum dan perjanjian kerja yang perlu dibenahi agar para buruh wanita itu tidak menjadi bulan-bulanan para calo, majikan, dan lain-lain. Ini perlu karena pada umumnya tingkat pendidikan TKW tersebut relatif rendah sehingga cenderung menjadi bulan-bulanan empuk banyak pihak. Beruntung di negara seperti Hong Kong ada lembaga bantuan hukum dari pemerintah yang selalu bersedia membantu buruh asing yang sedang berperkara. Saya bukan mau negatif terhadap para pejabat Indonesia di Kantor Perwakilan RI, tapi sulit diterima kalau urusan mengenai para buruh itu diserahkan kepada para agen tenaga kerja saja.TH. SUMARTANADosen Pascasarjana Universitas Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah