Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Salah paham terhadap hindu

15 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tulisan "Upacara dengan Darah" (TEMPO, 18 Desember 1993, Agama) berpangkal dari buku Antropologi Agama bagian I, karangan saya, tentang Atharwa Weda. Di buku itu tertulis, antara lain, "Kitab ini memberi kesan berasal dari agama primitif, karena menurut mereka dunia ini penuh dengan berbagai roh-roh dan hantu-hantu dari orang-orang yang sudah mati. Perlu adanya upacara korban darah manusia atau binatang, untuk dapat menangkal kekuatan-kekuatan alam yang dahsyat, seperti bahaya kematian, penyakit, angin badai, hujan besar, gempa bumi, dan sebagainya." Pendapat ini diprotes seorang pembaca di harian Bali Post pertengahan November 1993. Juga ada tanggapan dari Prof. Dr. I Ngurah Bagus, yang mengatakan bahwa agama Hindu tidak pernah mengajarkan suatu upacara korban menggunakan darah manusia. Saya mohon maaf bila hal itu menyinggung saudara-saudara umat Hindu. Saya juga akan sangat berterima kasih bila diberi bahan masukan tentang ajaran-ajaran agama Hindu guna kepentingan ilmu pengetahuan dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Lebih lanjut, saya persilakan membaca buku Agama-Agama di Dunia, dengan kata pengantar H.A. Mukti Ali, terbitan IAIN Sunan Kalijaga Press. Pada cetakan pertama buku ini, persisnya pada halaman 61, antara lain tertulis: "Isi Atharwa Weda berupa mantra-mantra magis dan doa-doa yang bunyi dan artinya sendiri dianggap sudah memiliki kekuatan. Radhakrishnan (bekas Presiden India) memberikan komentar bahwa Atharwa Weda memberi kesan agama orang-orang primitif, di mana menurut mereka dunia ini penuh dengan nyawa dan hantu orang-orang yang sudah meninggal dunia. Kalau seseorang merasa tidak tertolong menghadapi kekuatan-kekuatan alam, maka kesulitan dirinya terarah pada masalah kematian. Segala macam hal yang berkaitan dengan kematian, penyakit, kegagalan, angin ribut, hujan prahara, dan gempa bumi dianggap sebagai dasar permainan angan-angan semata. Kekuatan-kekuatan alam yang dahsyat dan mengerikan itu hanya dapat ditangkal dengan korban darah manusia dan binatang." Jadi, umat Hindu sendiri harus rajin mengungkapkan, lewat tulisan, hal-hal yang tidak benar. Jangan baru menanggapi kalau ada yang salah tafsir.PROF. H. HILMAN HADIKUSUMA, S.H.Jalan Karel Sasuit Tubun 2-A Bandarlampung 35118 Telepon 53185, 61467

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus