ACEH tak cuma "penting" buat Golkar dan PPP, tapi juga buat TEMPO. Bedanya, dua kontestan Pemilu 1987 itu berebut suara di sana, yang untuk pertama kali dimenangkan Golkar, tapi tugas kami meliput perubahan sikap masyarakat Aceh dalam memilih. Selama sebulan terakhir, sampai awal pekan ini, tak kurang dari tujuh wartawan, dua di antaranya dari Jakarta, yang kami tugaskan ke Serambi Mekah itu. Bahkan Bersihar Lubis, yang sehari-hari mangkal di Biro Medan, hanya sempat pulang untuk "nyoblos" dan setelah itu harus kembali lagi ke Aceh. Maka, nama Bersihar, dalam tiga Laporan Utama TEMPO terakhir, tercatat terus sebagai penyumbang bahan. Malah, untuk Laporan Utama terbitan pekan ini, ia melakukan diskusi panjang dengan pemuka-pemuka Islam Aceh, terutama dari angkatan muda, bertempat di Kantor Dewan Pengurus Wilayah PPP. "Mereka mulai lebih jernih melihat permasalahan umat Islam, terutama dalam hal aspirasi politik, dan tidak lagi terkotak-kotak seperti di masa lalu," tulis Bersihar. Perubahan sikap yang terjadi pada masyarakat Aceh, 100% pemeluk Islam, konon, tak terlepas dari kehadiran Gubernur Ibrahim Hasan, yang dilantik delapan bulan silam. Pekan lalu, dua kali Bersihar diterima Ibrahim Hasan di tempat kediamannya untuk wawancara tentang aspirasi politik umat Islam dewasa ini, khususnya di Aceh. Pertama, Bersihar diterima Jumat sore, menjelang berbuki puasa, seusai Ibrahim belajar bahas Arab. Kedua, wawancara dilanjutkan Sabtu selepas sahur, setelah tuan rumah belajar tafsir Quran. Gubernur Ibrahim Hasan meman dikenal dekat dengan wartawan. Ia misalnya, pernah ditelepon Bersihar pada tengah malam, dan langsung malam itu juga ia menyediakan wakn untuk wawancara - pada pukul 1 dinihari. "Selama jadi wartawan, dan kali ini saya menemui pejabat seperti Gubernur Ibrahim Hasan," kata Bersihar. Penugasan Bersihar ke Aceh, ketika meliput kampanye pemilu, dan kemudian soal aspirasi politik uma Islam, bukan tanpa alasan. Selain sudah sering bolak-balik ke Aceh, ia juga paham peta bumi politik uma Islam di sana. Sebab, Bersihar, yan dijuluki kawan-kawannya "Raja Sipabagu", adalah aktivis Parmusi pada 1971 . Bersihar, 37, bergabung dengan TEMPO, 10 tahun lalu, dari status pembantu lepas di Sibolga. Ia, ketika itu, masih karyawan RRI. Tak lama setelah bergabung dengan TEMPO, ia kami tarik ke Kantor Biro Medan. Bersihar, yang minggu-minggu ini menantikan kelahiran anak yang ketiga, kini karyawan tetap TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini