Enam tahun silam, orang tua kami, 75 tahun, terkena serangan otak (stroke). Badannya lumpuh sebelah kanan. Dua tahun kemudian, ia mendapat serangan jantung. Dan sejak itu beliau bolak-balik masuk rumah sakit. Lalu, sejak April 1993, muncul penyakit baru: perutnya terserang sakit yang tak terperikan bila diisi makanan, dan sakit itu kadang-kadang juga datang secara tiba meski beliau tak habis makan. Ketika sakit, perut membesar. Rasa sakit hilang bila setelah disuntik penenang. Tapi, setelah pengaruh suntikan itu hilang, rasa sakit muncul lagi. Kami telah membawanya ke dokter ahli penyakit dalam. Hasil endoscope menunjukkan: usus 12 jari normal, liver, pankreas, dan empedu baik, tak ada kanker. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap buang air besar, darah, dan urine, semuanya baik. Kami telah membawa beliau berobat ke Mounth Elizabeth Hospital di Singapura. Dokter ahli di situ juga sependapat bahwa tak ada masalah dengan organ perut dan saraf. Anehnya rasa sakit itu masih terus merongrong beliau. Yang belum dijumpai adalah, apakah rasa sakit itu ada hubungan dengan penyakit jantung yang dideritanya. Dokter di Pekanbaru tidak yakin sakit tersebut ada hubungannya dengan penyakit jantung. Soalnya, bila diberikan Nitrostat dan Cedocard (obat di bawah lidah) tak ada pengaruhnya. Dokter menganjurkan juga agar diadakan pemeriksaan kateterisasi untuk mengetahui apa masih ada penyumbatan pada jantung. Apakah pemeriksaan itu perlu dilakukan? Di samping itu, kami juga telah mencoba berobat secara tradisional, tapi rasa sakit perut itu tidak berkurang. Kami mengharapkan ketulusan hati pembaca TEMPO, baik ahli penyakit jantung maupun pembaca yang pernah mengalami penyakit seperti itu, sekiranya dapat memberikan jalan keluar. Semoga Allah membalas kebaikan tuan-tuan yang budiman. HASBULAH ZAINI, S.H. ADLIN ASFATJalan Sumatera PU 300 No. 22 Pekanbaru
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini