TEMPO bukan hanya kesibukan para intelektual. Pembacanya memang rata-rata kelas menengah ke atas yang terpelajar dan punya perhatian luas serta kritis tapi sebelum sampai ke pembaca, ada sejumlah orang yang bukan kelas-menengah: para pengecer. Anak-anak ini, yang biasanya merupakan wiraswasta kecil, adalah perpanjangan dari selapis wiraswasta yang lain: para agen. Hari Minggu kemarin, 2.000 lebih pengecer, agen, dan keluarga berkumpul di gedung Manggala Wanabhakti di Jakarta. Acara: pertemuan gembira dengan orang-orang TEMPO. Menyaksikan mereka masuk, berduyun-duyun, memberikan rasa gembira tersendiri. TEMPO merupakan bagian dari mereka, seperti halnya mereka merupakan bagian dari TEMPO, dalam suatu kegiatan yang biasanya tak tampak oleh para pembaca majalah, yakni kegiatan perekonomian. Dan dari yang hadir hari itu nyatalah: kegiatan perekonomian itu menampakkan buahnya pada orang banyak, khususnya rakyat Indonesia yang hidup dalam sektor swasta dan sektor informal. Usia mereka rata-rata muda, sekitar 17 tahun, jika dihitung antara agen yang paling berpengalaman dan bocah pengecer yang belum pantas masuk SMA. Yang menyamakan mereka bukan cuma kegembiraan, tapi semangat yang khas para pedagang: kepercayaan pada diri sendiri dalam hidup yang penuh risiko. Juga: tanda-tanda kemakmuran, baik tampak dari sepatu, T-shirt, maupun perhiasan dan kendaraan yang dibawa. Seorang agen setia kami bercerita tentang bagaimana ia, seorang pensiunan, dapat menyekolahkan anaknya melalui sekolah menengah swasta yang terkenal dan terus ke Universitas Indonesia. Keuletan si bapak rupanya diteruskan anak-anaknya. Di Jawa Tengah ada juga agen yang mengirimkan anak-anaknya sekolah ke AS, dan di Jakarta ada yang mengirim anaknya bersekolah di Jerman. Seorang agen besar di Jakarta bahkan sudah mampu berpesiar ke Jepang dan Amerika bersama keluarganya. Hari itu, kami memang ingin bergembira sejenak bersama para agen sampai lapisan yang paling bawah, sambil melupakan kehidupan sehari-hari kami semua. Teriakan spontan "Hidup TEMPO! Hidup Pengecer!" tiba-tiba keluar dari seorang subagen kawasan Tanjungpriok, yang tampil di panggung. Bagai kampanye pemilu memang, dan keakraban benar-benar dinikmati. Mereka berjoget bersama sejumlah artis dari JK Records, seperti Meriam Bellina, Helen Sparingga, dan Lidya Natalia, diiringi musik Bambang Brothers dan Henky Firmansyah. Muncul pula empat pengecer yang, di hari-hari "tanpa TEMPO" biasanya merangkap sebagai pengamen, dan hari itu membawakan lagu yang bersyair: Tolong perhatikan pengecer/Yang berjalan tanpa kenal panas dan hujan/Yang kadang kala untuk mendapatkan TEMPO/ Harus dengan uang jaminan." Tepuk tangan bergemuruh. Kegembiraan itu, yang berakhir menjelang petang, ditutup lawak Jayakarta Group. Suatu ketika, insya Allah, acara seperti ini tidak hanya untuk para agen dan pengecer di Ibu Kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini