SURAT DARI REDAKSI MULAI Senin pekan ini Pengadilan Tinggi Singapura membuka sidang untuk mengadili pokok perkara sengketa harta karun senilai US$ 78 juta antara Pertamina dan Nyonya Kartika Thahir. Ini sebuah berita menarik. Bayangkan, sengketa ini sudah berusia belasan tahun. Bermula dari meninggalnya Haji Thahir eks Asisten Umum Direktur Utama Pertamina, 1976. Ternyata, orang penting Pertamina ini meninggalkan deposito di berbagai bank, di antaranya Bank Sumitomo Singapura. Uang itu diperebutkan oleh anak-anak almarhum dari istri pertamanya dengan Kartika Ratna, istri mudanya. Pertamina kemudian melakukan intervensi untuk menguasai harta pusaka itu, dengan alasan uang itu berasal dari komisi-komisi yang diperoleh Thahir dengan jalan tak benar ketika ia masih jadi pejabat Pertamina. Jadi, dalam peristiwa ini ada soal korupsi, dan ada pula kisah istri muda yang (ketika itu) rupawan, dan tentu saja langsung jadi berita hangat di koran-koran. Syukurlah, kami berhasil menampilkan sejumlah laporan -- termasuk sebuah Laporan Utama -- yang lengkap dan eksklusif. Misalnya, kami berhasil menelusuri hubungan Kartika, janda cantik asal Nganjuk itu, dengan Thahir, sampai akhirnya mereka dikawinkan oleh pejabat KUA Menteng di sebuah rumah di Jakarta. Lebih dari itu, kami berhasil mendapatkan foto eksklusif Kartika, berkat kasak-kusuk Najib Salim, reporter kami waktu itu. Foto itu menjadi penting karena Kartika tak pernah tampil di depan umum. Foto itu kemudian sering dipakai oleh berbagai koran, termasuk koran luar negeri. Sekarang, ketika perkara Kartika versus Pertamina kembali menghangat, kami pun kembali berusaha menghidangkan cerita yang lengkap. Redaktur Pelaksana Karni Ilyas yang membawahkan rubrik Hukum kembali sibuk. Soalnya, ketika ramai-ramai Kartika dahulu, dia (masih sebagai reporter) merupakan orang yang banyak terlibat dalam urusan ini. Karena harus menghadiri persidangan Kartika di Singapura, Maret 1980, Karni terpaksa melepas istrinya berangkat sendiri ke sebuah rumah sakit bersalin di Jakarta. Ia hanya mendengar kabar dari Singapura bahwa istrinya telah melahirkan seorang bayi perempuan. Karni memang tak sendiri. Ia pergi ke Singapura bersama Fikri Jufri. Soalnya, di TEMPO Fikri (kini wakil Pemimpin redaksi) dikenal sebagai ahli Pertamina. Dialah wartawan pertama yang membongkar utang perusahaan minyak negara itu ketika dahulu Pertamina dilanda krisis. Pekan lalu Karni Ilyas berhasil menginterviu Ibrahim Thahir, putra Thahir dari istri pertama. Selama ini, keluarga Thahir memang tak pernah mau bicara kepada wartawan. Kalau kemudian ia akhirnya buka mulut, tentulah karena kegigihan Karni mengejarnya. Wawancara itu berlangsung pekan lalu, di kamar Hotel Royal Holiday Inn Singapura, tempat Ibrahim menginap. Kamar eksekutif itu tertutup untuk tamu lain karena Ibrahim memang selalu mengurung diri. Seperti biasa, laporan kami adalah hasil kerja sebuah tim. Maka, untuk Laporan Utama ini, Karni dibantu oleh penanggung jawab rubrik Hukum Happy Sulistiyadi dan sejumlah reporter. Mudah-mudahan laporan ini memberi informasi baru bagi Anda, para pembaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini