Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.co
Apakah Anda setuju pesawat militer digunakan untuk angkutan sipil?
|
||
Ya | ||
40,9% | 310 | |
Tidak | ||
55,5% | 421 | |
Tidak Tahu | ||
3,6% | 27 | |
Total | (100%) | 758 |
PESAWAT Hercules C-130B jatuh pada 30 Juni lalu di kawasan Jamin Ginting, Medan. Pesawat itu menabrak antena radio Joy FM yang berjarak 3.200 meter dari landasan pacu Pangkalan Udara Soewondo. Semua penumpang tewas, terdiri atas 12 awak—3 pilot, 1 navigator, serta 8 teknisi—dan 110 penumpang. Beberapa saat sebelum jatuh, pilot Kapten Shandy Permana meminta izin kembali ke pangkalan. Permintaan itu diduga sebagai indikasi pesawat bermasalah dua menit setelah terbang. Penyebab pasti kecelakaan masih diselidiki. Namun ada yang mengganjal dari kecelakaan itu: kenapa begitu banyak orang sipil yang turut dalam penerbangan dinas itu? Di antara korban dari masyarakat sipil yang tewas ada 20 mahasiswa perguruan tinggi di Pekanbaru yang hendak pulang kampung ke Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Bagi mereka, pesawat Hercules adalah satu-satunya moda transportasi yang bisa diandalkan. "Hemat biaya dan hemat waktu," ujar Sekretaris Jenderal Ikatan Mahasiswa Natuna Fathurozi. Lagi pula, tak ada penerbangan komersial ataupun transportasi laut yang melayani rute ini. Apa pun alasannya, sebanyak 421 responden atau 55,5 persen peserta jajak pendapat di Tempo.co tak setuju pesawat militer digunakan untuk mengangkut penumpang sipil. Alasannya bukan cuma keamanan. Pertanggungjawaban pungutan ongkos penerbangan yang disebut-sebut sekitar Rp 800 ribu per orang tak jelas mengalir ke mana. Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia Mayor Jenderal Fuad Basya membantah komersialisasi dalam pengoperasian pesawat Hercules. Kalaupun ada orang sipil yang turut serta dalam penerbangan Hercules, dia memastikan orang tersebut anggota keluarga dekat TNI. "Itu pun melalui proses yang rumit," katanya.
Indikator Pekan Ini Setujukah Anda mobil dinas dipakai untuk mudik Lebaran?www.tempo.co. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo