Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yakinkah Anda jajaran pemimpin KPK yang baru akan lebih serius mengusut kasus-kasus korupsi dibanding jajaran pemimpin KPK sebelumnya?
(periode 7-14 Desember 2011) |
||
Ya | ||
38,49% | 199 | |
Tidak | ||
51,64% | 267 | |
Tidak Tahu | ||
9,86% | 51 | |
Total | (100%) | 517 |
SEBAGIAN masyarakat tampaknya masih ragu akan kemampuan Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Zulkarnain, dan Adnan Pandupraja menunaikan janjinya membuat Komisi Pemberantasan Korupsi lebih bertaji. Setidaknya demikian hasil jajak pendapat di portal berita Tempo.co sepanjang pekan lalu.
Sebesar 51,64 persen responden mengaku tak yakin keempat pemimpin baru KPK ini bakal lebih trengginas mengejar koruptor dibanding jajaran pemimpin sebelumnya. Pendapat lebih dari separuh pembaca Tempo.co ini bisa dimaklumi. Pemilihan pemimpin KPK di parlemen diwarnai proses tawar-menawar politik yang alot. Sebagian orang curiga pemimpin baru lembaga antikorupsi itu disandera oleh titipan agenda tertentu dari Senayan.
Tentu tak semua orang pesimistis. Ada 38,49 persen responden yang punya pendapat positif. Seorang pembaca, Silo Rahman, mengaku yakin kinerja KPK bakal terdongkrak. "Komposisi pemimpin KPK yang sekarang jauh lebih baik," tulisnya.
Sentimen Silo juga tecermin dari opini para aktivis antikorupsi. Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengaku menempatkan harapan besar di pundak keempat pendekar baru di Kuningan itu. "Mereka sudah berjanji, tinggal kita yang sekarang menagih," katanya, Selasa pekan lalu.
Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia Teten Masduki merilis pernyataan senada. "Abraham Samad mampu memimpin KPK. Dia bisa dipercaya," kata Teten, Kamis pekan lalu. "Dia tipe petarung, masih muda, dan kuat bertempur," katanya lagi.
Apa pun, yang jelas publik ragu. Banyak yang bersikap wait and see. Buktinya, tak seperti jajak pendapat sebelumnya, jumlah pembaca Tempo.co yang memilih menjawab tidak tahu cukup banyak: sampai 9,86 persen.
Indikator Pekan Ini NUNUN Nurbaetie memang sudah tertangkap. Tapi itu tak berarti Komisi Pemberantasan Korupsi tinggal melenggang membongkar siapa penyuap anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom pada 2004. Baru diperiksa sekali, Nunun—istri mantan Wakil Kepala Kepolisian RI Jenderal Adang Daradjatun—sudah kolaps. Mengaku tekanan darahnya naik, dia dilarikan ke rumah sakit. Sampai kini, sang sosialita yang suka berburu tas mewah ini dirawat di sana. Jadwal pemeriksaan pun terganggu. Ujung skandal cek pelawat jadi tak jelas lagi nasibnya. Tak mengherankan jika sejumlah pegiat antikorupsi khawatir. Mereka menduga kasus suap ini bakal dipetieskan. "Jika pada tahap awal pemeriksaan saja sudah mandek, ke depannya juga bakal mandek," kata Hendardi, Ketua Setara Institute, Selasa pekan lalu. Menurut dia, keterangan Nunun akan jadi kunci yang membuka rangkaian kasus ini lebih jauh dan lebih dalam lagi ke relung-relung kekuasaan di negeri ini. "Nunun adalah kunci pembuka tabir kasus ini." Sayangnya, kekuatan mafia yang hendak dibongkar lewat kasus ini juga tak kalah perkasa. Sejak Nunun mengaku sakit, pemeriksaan terhadap dia mandek. "Sebaiknya Nunun tidak dirawat di RS Polri. Bagaimanapun suaminya mantan polisi," kata Hendardi. Yakinkah Anda, dengan tertangkapnya Nunun, maka misteri kasus suap cek pelawat akan terbongkar? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempo.co. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo