Pura tak sama dengan puri

Pada Laporan Utama TEMPO, 4 Desember 1993, halaman 1, ada hal sangat esensial yang perlu diluruskan. Di situ tertulis, "Sekretariat semacam itu muncul pula di Pura Satria Denpasar. Namanya Posko Kemenangan Megawati. Di pura bekas kediaman Raja Badung itu ...." Yang perlu kami tanggapi adalah yang berkaitan dengan kata "pura". "Pura" merupakan kata atau istilah yang digunakan untuk merujuk pengertian tempat sembahyang bagi umat Hindu. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah tempat sembahyang umum bagi masyarakat Hindu. Sebab, di setiap keluarga Hindu ada juga tempat sembahyang untuk keluarga, yang biasa disebut sanggah atau merajan. "Puri" adalah istana atau tempat tinggal raja atau keluarganya. Istilah ini masih tetap dipertahankan sampai sekarang bagi keturunan bangsawan di Bali. Perlu kami tegaskan, pura sebagai tempat sembahyang dan kegiatan sosial sangat tidak dibenarkan digunakan sebagai tempat kegiatan politik seperti yang ditulis TEMPO di atas. Jadi, bila benar apa yang ditulis TEMPO tersebut, hal itu sangat disayangkan oleh umat Hindu. Semoga TEMPO hanya salah tulis. Maksud hati menulis kata "puri", yang muncul adalah kata "pura".DRS. DARMAYASA Jalan P.Kemerdekaan 162 Ujungpandang 90245