Tujuh film Jepang terbaru akan diputar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, atas kerja sama Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta dan Pusat Kebudayaan Jepang. Di antara film-film produksi tahun 1990--1991 yang akan disajikan itu ada Shi No Toge (Duri Kematian), yang memperoleh penghargaan Grand Prix pada Festival Film Cannes 1991. Karya Sutradara Kohei Oguri itu mengisahkan kemelut rumah tangga dan konflik kejiwaan seorang wanita setelah Perang Dunia II. Film lainnya adalah Shonen Jidai (Masa Kecil), karya Masahiro Shinoda, tentang pengungsian massal pada masa Perang Dunia II yang menumbuhkan persahabatan di antara dua anak lelaki Otoko Wa Tsurai Yo: Torajiro No Kyujitsu (Tora-san Ambil Cuti), film komedi situasi seri terbaru dari sutradara senior Yoji Yamada Daiyukai (Anak-Anak Pelangi), film komedi suspense tentang penculikan seorang wanita tuan tanah makmur, yang disutradarai Kihachi Okamoto Bataashi No Kingyo (Ikan Tak Bersirip), disutradarai Joji Matsuoka, yang bertemakan cinta segitiga antar-anak remaja lalu film Tsugumi, karya Jun Ichikawa, yang mengisahkan liburan musim panas seorang gadis manja berpenyakit jantung ke Teluk Izu serta Harukanaru Koshien (Seruan Penonton), kisah perjuangan anak-anak tunarungu melawan keterbatasannya. Film-film tersebut, dilengkapi teks bahasa Indonesia, diputar di Teater Tertutup, 11 sampai 18 Januari ini. Dua kali pertunjukan setiap harinya, pukul 17.00 dan 19.30 WIB. Tanda masuk bisa diperoleh secara cuma-cuma di Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta atau di Pusat Kebudayaan Jepang. Keene di GKJ Pianis kenamaan dari Amerika, Constance Keene, akan berpentas di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa pekan ini, 11 Januari, pukul 20.00 WIB. Keene sudah beberapa kali menunjukkan kelihaiannya bersama orkes terkemuka dunia, antara lain, Boston Symphony dan Berlin Philharmonic. Melihat permainannya, tokoh musik Arthur Rubinstein mengatakan, "Saya sungguh terpukau pada kelancaran, warna, nada, dan tak kurang pentingnya teknik Anda yang sangat luar biasa." Dalam pergelarannya kali ini, Keene akan membawakan karya-karya Rachmaninoff, Mac Dowell, dan F. Chopin. Krisna di Galeri Enteos Color Dance, demikian tema pameran lukisan tunggal Krisna Murti, 36 tahun, lulusan Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Dalam pameran ini Krisna akan mengetengahkan 25 lukisan figur para penari dengan warna-warna cerah dari sapuan kuas lebar. Di sekitar sosok penari, ditorehkan oleh Krisna perada emas sebagai simbol lidah api atau semangat keagungan seperti umumnya seni rupa etnik Timur. Krisna pernah menjadi asisten perupa kondang almarhum Sadali, dan menjadi murid Srihadi. Ia juga pernah berguru pada Made Tubuh, pelukis tradisional dari Desa Batuan, Bali. Pameran lukisan yang diselenggarakan oleh Lions Club Jakarta Kencana ini sudah berlangsung di Galeri Enteos, Gedung BRI II lantai 30, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Bisa disaksikan setiap hari, pukul 09.00-20.00, sampai 19 Januari nanti. Kurniawan di Galeri Cemeti "Setiap hari saya dicekoki seribu satu macam realitas lewat berbagai media informasi. Saya tidak dapat menolak walaupun sebenarnya saya sangat ingin menolak. Maka, saya menggambar untuk menolak. Di luar itu saya hanya dapat menerima dan meng-iyakan," kata Agung Kurniawan, 26 tahun. Inilah sikapnya dalam membuat karya-karya grafis yang akan dipamerkan di Galeri Cemeti, Jalan Ngadisuryan, Yogyakarta. Dalam pameran tunggal pertamanya ini, sebagian besar karya Agung tak diberi judul. "Biarlah penonton membentuk simbol-simbol mereka sendiri," kata Agung, yang kini tercatat sebagai mahasiswa Institut Senirupa Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pameran ini sudah berlangsung, dan akan ditutup akhir Januari. Ceramah seni lukis Pelukis Belanda yang kini menjadi dosen tamu di Institut Kesenian Jakarta, Ruud Venekamp, akan berceramah. Dalam ceramah 90 menit ini, Venekamp akan membahas "Seni Lukis Belanda yang Baru dan yang Mutakhir". Ia mengupas seni lukis dalam perspektif sejarah kesenian dan berbagai aspek pengertian yang berhubungan dengan seni rupa, seperti isi dan formal lukisan, titik tolak dan sumber ilham seniman, perbandingan antara para pelukis, kelompok, dan aliran. Dalam ceramah itu Venekamp juga akan memperlihatkan gambar-gambar yang menunjukkan perjalanan seni lukis Belanda selama 50 tahun, dengan fokus perkembangan 15 tahun terakhir. Ceramah dalam bahasa Inggris ini berlangsung di Erasmus Huis, Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta, 12 Januari, pukul 19.30 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini