Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Putusan untuk Kasus Soeharto

22 Oktober 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERKEMBANGAN politik dan hukum di Indonesia sebenarnya sangat membosankan untuk diikuti karena tidak ada kemauan untuk mengikuti hukum dan demokrasi. Umumnya politisi kita hanya mau menuruti keinginan hatinya, bukan mengikuti hukum atau peraturan yang sudah ada.

Keputusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terhadap Soeharto (membebaskannya) sebenarnya sudah tepat karena alasan yang tepat, gampang dimengerti, masuk akal, serta sesuai dengan hukum. Saya pikir hakim itu memutuskannya berdasarkan hati nuraninya yang memang benar-benar tahu arti hukum, bukan karena kolusi.

Bukankah pemerintah yang menunjuk tim dokter yang independen? Dan tim dokter ini disumpah supaya benar-benar bekerja sebagai dokter profesional dan independen? Mereka telah mengadakan penyelidikan (tes) dan menyimpulkan Soeharto sudah sakit permanen secara fisik dan pikiran. Saya yang bodoh saja (bukan orang hukum) tahu, kalau seseorang melakukan kejahatan dan orang itu sehat saat melakukan kejahatannya tapi kemudian dia menderita penyakit jiwa, dia tidak akan bisa diadili dan harus dibebaskan dari tuduhan.

Dia bisa diadili kemudian pada saat sudah sembuh dari penyakit jiwanya itu. Bukankah tim dokter independen itu sudah menyimpulkan bahwa Pak Harto punya penyakit permanen secara fisik dan pikiran sehingga tidak akan mampu mengikuti persidangan?

Mungkin kita masih ingat Pinocet yang akan diadili di Inggris karena kejahatannya tapi dia harus bebas karena dalam kondisi sakit. Padahal, penyakit Pinocet saat itu tidak separah penyakit Soeharto. Saya mendengar kabar belakangan ini Pinocet sudah kembali ke negerinya dan saat ini sudah lebih sehat. Secara hukum Pinocet harus dibebaskan karena saat diajukan ke pengadilan dia sedang dalam keadaan sakit berat.

Saya juga sangat terkejut mendengar komentar presiden kita yang langsung menuduh para hakim tidak bersih dan berkolusi karena telah membebaskan Pak Harto. Semestinya seorang presiden mengajari rakyatnya untuk mampu menahan emosi dan berusaha menerima hasil keputusan pengadilan sekalipun berlawanan dengan yang kita harapkan. Kalau seorang presiden saja langsung menuduh para hakim bermain atas putusan itu, apalagi masyarakat awam. Mereka sudah pasti tidak akan bisa menerima putusan itu. Sudah pasti mereka semakin marah dan brutal.

Membandingkan para politisi kita dengan para politisi di Amerika ini, saya sangat terharu terhadap politisi Amerika. Mereka betul-betul mau mengikuti dan menghormati proses hukum dan output pengadilan. Saya masih ingat ketika Presiden Clinton menenteramkan hati rakyatnya saat pengadilan Los Angeles, California, memutuskan bahwa O.J. Simpson tidak bersalah (tidak terlibat) dalam pembunuhan istrinya, sekalipun sebagian besar rakyat AS yakin berdasarkan bukti yang ada bahwa dia terlibat dalam kasus itu. Dia harus bebas karena hebatnya tim pembelanya. Setelah pengumuman pembebasan O.J. Simpson itu, Presiden Clinton langsung membuat pernyataan agar rakyatnya mampu menerima dan menghargai keputusan pengadilan tersebut.

Saya bukan seorang pembela Soeharto, tapi saya berusaha melihat suatu permasalahan secara menyeluruh dan jujur serta adil. Sebenarnya, dari kacamata saya, Pak Harto saat ini sudah sekarat. Kenapa kita harus memaksakan balas dendam kita kepada orang yang sudah sekarat? Marilah kita berusaha mengerti dan menghargai hasil keputusan suatu pengadilan. Sebab, bila kita tidak mampu menghargai hasil suatu pengadilan, kita nantinya hanya akan menjalankan hukum kita (rimba) sendiri.

Padahal, kita sadar bahwa negara kita adalah negara hukum. Bila keputusan itu tidak bisa kita terima, toh masih ada hak banding atau mengadu kepada pengadilan yang lebih tinggi.

BISMAN NABABAN
Florida ,USA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus