HAJATAN sederhana berlangsung di kantor Biro TEMPO Bandung, di Jalan Hariangbanga. Rabu malam pekan lalu. Hadir Wakil Gubernur Jawa Barat Suryatna Soebrata beserta sejumlah pejabat lainnya, para tokoh masyarakat, kalangan kampus, dan rekan-rekan wartawan maupun pengurus PWI. Inilah acara serah terima jabatan Kepala Biro Bandung dari Widi Yarmanto kepada penggantinya, Happy Sulistyadi. Acara ini disaksikan oleh Wakil Direktur Yusril Djalinus dan Koordinator Reportase Amran Nasution, serta semua kepala biro TEMPO. Kebetulan para kepala biro itu sedang menghadiri rapat rutin biro yang kali ini diadakan di Bandung. Setelah ini, jabatan kepala biro lainnya akan diserahterimakan pula di Yogyakarta dan Surabaya. Sebelumnya, telah berlangsung serah terima Kepala Biro Jakarta. Ada yang menarik dari serah terima ini: tergambar sebuah proses regenerasi di TEMPO. Happy Sulistyadi, kelahiran Semarang 31 tahun lalu, adalah sarjana statistik IPB, dan ia terbilang datang dari generasi yang lebih muda dibanding Widi, yang sudah 17 tahun bekerja di TEMPO. Untuk selanjutnya Widi ditarik ke Jakarta memegang jabatan Jabrik (Penanggung Jawab Rubrik) Olahraga serta Pokok & Tokoh. Umumnya mereka yang berasal dari generasi muda ini lebih terdidik (secara formal) dibanding dengan orang-orang dari generasi lebih tua yang mereka gantikan. Regenerasi seperti itulah yang terjadi dalam pergantian para kepala biro ini. Rustam Fachri Mandayun, 34 tahun, yang diserahi tugas sebagai Kepala Biro Semarang dan Yogyakarta yang baru, adalah sarjana komunikasi UGM. Karena itu, sekalipun Rustam lahir di Sumatera Selatan, bertugas di Yogyakarta baginya seakan pulang kandang saja, atau paling tidak ia sekarang bisa sering lagi mengunjungi bekas kampusnya. Dan ia pun datang dari generasi yang lebih muda dibanding Syahril Chili, yang digantikannya. Chili kini menjadi wakil koordinator reportase di kantor pusat. Demikian pula di Biro Surabaya. Jabatan kepala biro yang semula dipegang oleh Agus Basri diserahkan kepada Moebanoe Moera Soemadjaja, yang selama ini banyak bergelut dalam peliputan ekonomi dan bisnis di Jakarta. Moebanoe, 34 tahun, menamatkan pelajarannya di Unpad, Bandung, sebelum bergabung dengan TEMPO, 1984. Agus Basri kini ditarik ke Jakarta menjadi Jabrik Nasional. Alih jabatan juga terjadi di Biro Jakarta, biro terpenting yang membawahkan reporter paling banyak. "Panglima" DKI Jakarta itu kini dijabat oleh R. Ahmed Kurnia Soeriawidjaja. Oetoen, nama panggilan Ahmed, menggantikan Didi Prambadi, yang kini diserahi tugas menjadi Jabrik Luar Negeri. Oetoen, yang bergabung dengan TEMPO sejak 1985, adalah sarjana sosiologi dari UI. Sebelumnya ia adalah Penanggung Jawab Rubrik Nasional. Kepala biro yang kini masih diduduki orang-orang dari generasi lebih tua masih ada di luar Jawa, seperti Kepala Biro Medan yang dipimpin oleh Bersihar Lubis dan Kepala Pusat Peliputan Sumbasel di Palembang yang dipimpin oleh Hasan Syukur. Mudah-mudahan, tampilnya orang-orang muda dengan latar belakang kampus untuk memimpin kantor biro itu akan membuat berita yang dikumpulkan TEMPO tambah pas saja dengan selera para pembaca, yang tak sedikit di antaranya adalah anak-anak muda yang lebih terdidik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini