Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia, F-16 Fighting Falcon mendapat julukan Elang Biru. Pesawat tempur buatan Amerika ini bisa dilihat di Markas Komando Operasi Angkatan Udara II Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.
Elang Biru dengan model eksklusif ini dirancang oleh perusahaan pembuat replika pesawat Amerika, Pacific Aircraft, Inc. Dalam situs www.warplanes.com, pesawat tempur buatan Amerika itu dibanderol dengan harga sekitar Rp 1,5 juta.
Panjangnya sekitar 42 sentimeter lebar sayap 26 sentimeter. Pesawat mini ini memiliki kelengkapan senjata seperti halnya pesawat asli. Tertancap pada kayu yang menyertakan lambang Angkatan Udara Amerika Serikat.
Ular Kobra dari Rusia
Sukhoi SU-30 bisa melakukan manuver ala ular kobra. Pesawat buatan Rusia itu kini nangkring di markas Komando Operasi Angkatan Udara II Hasanuddin, Makassar.
Replika SU-30 dijual di situs e-bay dengan harga sekitar Rp 800 ribu. Panjangnya 54 sentimeter, lebar sayap 57 sentimeter, berat 6 ons.
Replika Sukhoi SU-30 terbang dengan alat kendali jarak jauh. Pesawat ini sanggup melayang selama enam menit. Setelah membeli, pemiliknya bisa menantang diri untuk menerbangkan pesawat mainan ini serta bermanuver ala kobra.
Pesawat Latih Inggris
Kolektor replika pesawat mesti melirik jenis pesawat ini. Meski cuma pesawat latih,
Hawker-Siddeley Hawk adalah pesawat latih untuk pesawat tempur generasi keempat, seperti F-16, F-15, SU-27, atau SU-30. Pesawat buatan Inggris Raya itu memiliki radar modern APG-66 dan rudal AIM-9 Sidewinder.
Indonesia memiliki pesawat latih ini di Markas Komando Operasi Angkatan Udara I, Pekanbaru, Riau, serta di Supadio, Pontianak. Hawk Mk 109 dan 209 merupakan kode pesawat yang dibeli Indonesia sejak 1997. Sebelumnya, Indonesia pernah membeli Hawk Mk 53 yang kini disimpan di Madiun.
Replika Hawker-Siddeley Hawk memiliki panjang 39 sentimeter, lebar sayap 32 sentimeter, dan berat 1,4 kilogram. Terbuat dari kayu mahoni yang dilapisi baja antikarat, replika ini dihargai Rp 900 ribu di situs belanja
Jejak Maya
www.tni-au.mil.idSitus Penjaga Udara
Inilah situs penjaga udara kita. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara memasuki usia ke-61 pada 9 April ini. TNI AU sebenarnya sudah muncul sejak 23 Agustus 1945 sebagai bagian dari Badan Keamanan Rakyat yang memperkuat armada udara. Namanya berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat, Jawatan Penerbangan, sejak 5 Oktober 1945. Barulah pada 9 April 1946 nama Angkatan Udara Republik Indonesia muncul.
Di kanal sejarah ini termuat pula latar belakang peringatan Hari Bhakti TNI AU pada 29 Juli 1947. Peringatan atas keberanian Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani, dan Kadet Sutarjo Sigit yang melakukan pengeboman terhadap kubu pertahanan Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Ada pula kisah tewasnya tiga perintis TNI AU, yakni Adisutjipto, Abdurahman Saleh, dan Adisumarmo. n
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo