Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Rombak Tim Ekonomi

4 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perlukah tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu dirombak sehubungan dengan kesalahan data kemiskinan dalam pidato Presiden?
(23–30 Agustus 2006)
Ya
92,31%1.644
Tidak
7,02%125
Tidak tahu
0,67%12
Total100%1.781

Pada mulanya adalah Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di DPR, 16 Agustus lalu. Ketika itu Presiden menyatakan angka kemiskinan turun dari 23,4 persen pada 1999 menjadi 16 persen pada 2005. Sebuah kabar baik, sebenarnya. Alih-alih memperoleh pujian, dia malah menuai kritik. Presiden bahkan dituntut segera merombak tim ekonominya.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance, Fadhil Hasan, menuding Presiden menyembunyikan data yang sebenarnya. Data 1999–2005 itu, katanya, sama sekali tidak menggambarkan kinerja pemerintah Yudhoyono. ”Itu keri­ngat pemerintahan sebelumnya.”

Menurut Fadhil, kinerja pemerintahan Yudhoyono justru buruk. Mengutip angka sementara yang kabarnya berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Fadhil me­ngatakan angka kemiskinan per Juli 2006 mencapai 18,5 persen. ”Di masa dia, orang miskin di Indonesia justru bertambah,” katanya.

Tak mengherankan, Wakil Ketua DPR, Zaenal Ma’arif, mengatakan, Presiden te­lah memanipulasi data untuk mencari po­pularitas. Mantan Ketua MPR Amien Rais lebih pedas lagi. Katanya, Yudhoyono telah melakukan kebohongan publik.

Andi Mallarangeng, juru bicara kepre­sidenan, membantah Presiden berbohong. Presiden, katanya, baru boleh dikatakan menipu kalau menyebut itu data 2006. Nyatanya tidak begitu. Sedangkan alas­an penyajian data lama, menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasio­nal, Paskah Suzetta, karena data terbaru BPS periode Juli 2005/2006 baru diumumkan September nanti.

Toh, itu tak membuat kritik berkurang. Malah Tim Ekonomi Kabinet Bersatu yang kini jadi sasaran tembak. ”Seharusnya Presiden memecat dan mengganti mereka yang memasok data untuk Presiden,” kata Zaenal.

Benarkah tim ekonomi harus dirombak?­ Lebih dari 92 persen responden jajak pendapat Tempo Interaktif mendukung usul perombakan itu. Beberapa, termasuk Andika Nugraha, responden di Bandung, menolak, karena itu menghabiskan duit saja. Berikut hasil jajak pendapat selengkapnya.

Indikator Pekan Ini: Imam Samudra, terpidana kasus bom Bali I, mengendalikan bom Bali II dari balik sel Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Denpasar. Ini temuan terbaru polisi. Imam diduga menggunakan laptop yang diselundupkan dan berkoordinasi dengan jaringannya melalui ruang chatting.

Cerita ini didapat dari Agung Setyadi, 30 tahun, dosen fakultas teknik sebuah perguruan tinggi di Semarang, Jawa Tengah, yang ditangkap polisi 16 Agustus lalu. Informasi juga diperoleh dari Agung Prabowo, seorang mahasiswa di Semarang yang ditangkap lebih dulu.

Sambil menunggu polisi menelusuri kebenaran cerita ini, silakan berpendapat: ”Percayakah Anda, Imam Samudra me­ngendalikan peledakan bom Bali II menggunakan laptop dari balik penjara?” Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus