Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DRAMA itu berlangsung Kamis dua pekan lalu. Panggungnya ruang sidang Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta. Pemain utamanya bekas direktur utama Bank Bali, Rudy Ramli. Penontonnya jutaan rakyat Indonesia, yang menyaksikan secara langsung dari dua stasiun televisi swasta, SCTV dan RCTI.
Inilah salah satu pertunjukan yang ditunggu-ditunggu publik yang rajin mengikuti kelanjutan jalan cerita skandal Bank Bali. Dan adegan pertunjukan siang hari itu berjalan begitu dramatis, babak demi babak. Sesekali terdengar tepuk tangan dan teriakan pengunjung.
Bagaikan cerita bersambung, dari hari ke hari, cerita skandal Bank Bali memang makin menarik untuk diikuti. Sejak awal, kasus ini sudah menarik perhatian publik karena nama-nama pejabat penting dan orang dekat Presiden Habibie disebut-sebut terlibat dalam skandal itu. Kasus yang menghebohkan itu bermula dari seretnya pencairan tagihan pinjaman antarbank milik Bank Bali senilai Rp 1,277 triliun kepada BDNI. Karena BDNI ditutup pemerintah, tagihan itu menjadi tanggungan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Selama sembilan bulan, usaha Bank Bali menagih tagihan menemui jalan buntu. Belakangan, tagihan itu bisa cair dengan mudahtapi Bank Bali harus membayar komisi Rp 546 miliar dari Rp 904 miliar tagihan yang dapat dicairkan. Mulusnya penagihan dan besarnya komisi itu diduga karena peranan beberapa pejabat dan orang penting yang disebut-sebut dalam "Catatan Harian Rudy Ramli" yang beredar di masyarakat dan dimuat di berbagai media massa. Publik dibuat makin penasaran setelah kemudian muncul surat bantahanisinya bertentangan dengan catatan harianyang ditujukan kepada Presiden Habibie dan dibacakan ke khalayak oleh Menteri-Sekretaris Negara Muladi seusai sidang kabinet, 26 Agustus lalu.
Di depan anggota dewan, Rudy akhirnya buka mulut. Keluar pengakuan bahwa ia memang bertemu dengan Kwik Kian Gie dan kawan-kawan dari PDI Perjuangan untuk menyerahkan sebuah catatan harian. Selanjutnya, Rudy mengeluarkan pengakuan mengejutkan soal surat bantahan yang dibacakan Muladi. Katanya, meski ia menandatanganinya, bukan ia yang membuat surat bantahan itu.
Publik pun bersorak. Separuh responden jajak pendapat TEMPO menilai penampilan Rudy di DPR itu berani, mengagumkan. Sebagian responden memang menilai Rudy gugup dan plinplan, tapi mayoritas responden percaya bahwa seluruh ucapan bankir di depan sidang Komisi VIII DPR itu benar adanya. Sebaliknya, mereka menilai Menteri Muladi telah melakukan suatu kebohongan besar karena mengaku tidak tahu-menahu dari mana asal surat bantahan itu.
Bagi pengamat perbankan Pradjoto, pendapat masyarakat tersebut sangat logis. "Saya sendiri menganggap Rudy Ramli benar, kok," kata orang yang meletupkan skandal ini pertama kali itu. Apalagi riwayat surat bantahan terhadap catatan harian itu sendiri, kata Pradjoto, lahir dari suasana yang penuh tekanan. Buktinya, Adnan Buyung, bekas pengacara Rudy, sampai membuat drafnya berkali-kali. Dan setelah catatan itu bocor ke mana-mana, seperti ada rasa ketakutan yang luar biasa di benak orang-orang yang tersangkut. Bahwa kemudian masyarakat "berpihak" kepada Rudy, menurut Pradjoto, itu karena kasus Bank Bali telah mengusik rasa keadilan publik. Masyarakat agaknya menilai, dalam kasus ini, Rudy telah diperlakukan tidak adil.
Meski begitu, pendapat responden di atas sebaiknya dilihat sebagai keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap informasi tentang kasus Bank Bali secara utuh. Fakta yang sesungguhnya terjadi mungkin saja bukan seperti yang disangka publik, sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya bias-bias pendapat.
Dengan keterbatasan informasi, tak mengejutkan bila publik berkesan bersimpati pada posisi Rudy dengan menyarankan agar pemerintah memberikan perlindungan hukum kepadanya, atau setidaknya ia cukup dites dengan lie detector dan tidak perlu dimasukkan ke sel. Boleh jadi publik menganggap Rudy seperti tikus kecil yang sedang terpojok sendirian karena dikejar-kejar kucing hitam yang berupaya memangsanya.
Wicaksono
INFO GRAFISBagaimana sikap Rudy Ramli di depan Komisi VIII DPR menurut Anda? | Berani | 27% | Gugup | 18% | Plinplan | 16% | Penuh kebohongan | 11% | Mengagumkan | 10% | Tidak tahu | 10% | Jujur | 8% | | Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah terhadap Rudy Ramli setelah dia memberikan kesaksian di depan Komisi VIII DPR? | Memberikan perlindungan hukum | 42% | Memerintahkan agar Rudy Ramli ikut tes kebohongan (dengan lie detector) | 30% | Tidak tahu | 19% | Memasukkannya ke dalam tahanan | 10% | | Apa Anda percaya pengakuan Rudy Ramli tentang kasus Bank Bali merupakan suatu kebenaran? | Ya | 43% | Tidak | 25% | Tidak tahu | 32% | | Apakah dalam sidang umum Oktober mendatang MPR harus meratifikasi hasil jajak pendapat? | Ya | 47% | Tidak | 24% | Tidak tahu | 29% | | |
Pernyataan | Benar | Bohong | Tidak tahu |
---|---|---|---|
Rudy Ramli membuat catatan harian yang kemudian diserahkan kepada Ketua Litbang PDI-Perjuangan Kwik Kian Gie | 52% | 13% | 34% |
Rudy Ramli ditekan oleh seseorang untuk menandatangani surat bantahan yang menyatakan bahwa dia telah mengeluarkan catatan harian | 53% | 13% | 34% |
Rudy Ramli menandatangani surat bantahan yang dibacakan oleh Mensesneg Muladi | 57% | 10% | 33% |
Rudy Ramli tidak membuat sendiri surat bantahan itu | 51% | 13% | 36% |
Mensesneg Muladi tidak tahu-menahu soal proses pembuatan surat bantahan Rudy Ramli | 19% | 45% | 35% |
Metodologi jajak pendapat ini:
- Penelitian ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 506 responden di lima wilayah DKI pada 11-13 September 1999. Dengan jumlah responden tersebut, tingkat kesalahan penarikan sampel (sampling error) diperkirakan 5 persen.
- Penarikan sampel dilakukan dengan metode random bertingkat (multistages sampling) dengan unit kelurahan, RT, dan kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan kombinasi antara wawancara tatap muka dan melalui telepon.
MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.00 WIB
Independent Market Research
Tel: 5711740-41, 5703844-45 Fax: 5704974
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo