TINGGAL di rumah susun (flat) tak selamanya menjadi lambang
kehidupan yang serba pengap, berdesakan dan semrawut. Buktinya,
beberapa rumah susun yang dibangun swasta di Jakarta cukup
mewah, bahkan menjadi lambang keserba-cukupan, dengan cara
menyewakannya atau menjadikannya sebagai tempat beristirahat.
Itu tentu berlawanan dengan rumah susun Perumnas di Tanah Abang,
Jakarta, yang diresmikan Presiden Soeharto pekan lalu (TEMPO, 25
April 1981). Keadaannya serba sederhana, sempit, meskipun sempat
diperebutkan oleh hampir 3.000 peminat warga Jakarta -- dan
hanya 1/3-nya yang berhasil mendapat kesempatan tinggal di sana.
Padahal sementara itu, beberapa unit flat yang dibangun swasta
masih terus menunggu penghuni. Atau jika pun belum berpenghuni
adalah semata-mata karena si pemiliknya (yang membelinya dari
tangan pertama) belum menemukan penyewa atau pembeli lain. Rumah
susun bertingkat delapan milik PT Pembangunan Jaya Proyek Ancol
di Ancol Barat, Jakarta Utara, misalnya.
Listrik Sering Mati
Dengan masing-masing tingkat memiliki empat unit, sejak dibangun
1978 sampai sekarang masih dua unit flat di Ancol Barat itu yang
belum dibeli. Tapi dari 30 unit yang sudah laku, hampir separuh
masih kosong karena pemiliknya belum menemukan penyewa. Atau,
jika kadang-kadang pemiliknya datang, semata-mata hanya untuk
bersantai. Dan memang, beberapa keluarga yang tinggal di sini
berstatus menyewa.
Seorang petugas di flat itu mengungkapkan, sewa bulanan satu
unit rata-rata Rp 250.000, lengkap dengan perabotan, termasuk
sebuah lemari es. Sedang pemiliknya membeli dari PT Pembangunan
Jaya antara Rp 15 sampai Rp 18 juta per unit, tergantung dari
luas unit yang berukuran 71 m2 sampai 82 m2. Harga ini dapat
dicicil selama dua tahun setelah membayar uang muka 40%. "Flat
ini memang untuk kelompok masyarakat menengah ke atas," kata
Direktur PT Pembangunan Jaya Proyek Ancol, Soekardjo
Hardjosoewirjo SH.
Tapi harga beli tiap unit tergantung juga pada tinggi-rendah
letaknya. Makin tinggi letaknya, harganya pun semakin mahal.
"Makin tinggi, pemandangannya 'kan makin luas," ujar Soekardjo.
Setiap unit memiliki listrik, air minum dari PAM, dua kamar
tidur, ruang duduk/makan, dapur, kamar mandi luks, tempat
menjemur pakaian. "Tapi listrik di sini sering mati, " keluh
seorang arsitek, salah satu penghuni rumah susun itu "sehingga
lift dan AC sering juga macet." Beberapa penghuni melengkapi
unitnya dengan AC.
"Pembantu saya terpaksa harus tidur di dapur," kata seorang
penghuni yang lain, "karena tidak ada kamar pembantu." Ada pula
penghuni yang mengaku mengeluarkan uang sekitar Rp 120.000/
bulan untuk listrik, keamanan, kebersihan. Tiap unit memiliki
garase yang sering didaya-gunakan juga sebagai gudang.
Rumah susun Arjuna Plaza di bunderan Slipi, Jakarta Barat,
dibuka 1974. Bertingkat 12, flat ini memiliki 36 unit yang
masing-masing berukuran 120 m2: tiga kamar tidur, ruang
duduk/makan, dapur, tempat cuci, ruang pembantu. Unitnya dua
macam: yang sedang dan luks.
Warna kuning dan cokelat muda sangat menguasai ruang tamunya.
Karpetnya pun berwarna kuning muda. Di kamar tidur pada unit
yang tergolong luks, ada satu dinding berkaca penuh, sehingga
kamar itu tampak lebih lebar. Disediakan juga sebuah pesawat
telepon antiinterlokal.
Di ruang tamu, sebuah lampu kristal tergantung di seputar sofa
coklat tua. Di satu dinding tergantung sebuah lukisan batik.
Lemari-lemari tempel di dapur pada unit luks, berwarna merah
menyala, sama dengan warna ubin porselinnya. Tiap unit mewah
disejuki empat AC, masing-masing untuk ruang tamu, kamar tidur
utama, ruang belajar dan kamar tidur kedua. Selain itu tiap unit
juga memiliki tiga kamar mandi, satu di antaranya untuk pelayan.
Sewa rumah susun ini? Unit kelas sedang US$ 850/bulan, boleh
dibayar bulanan. Untuk unit luks, US$ 1.100. Penyewa yang
tinggal lebih dari empat bulan, diberi potongan. Di samping itu,
harus ada uang jaminan US$ 100 untuk menjaga agar penyewa tidak
merusak perabotan yang disediakan.
Rumah susun yang dibuat PT Bangun Cipta Sarana ini mempunyai
sistem pembuangan sampah melalui cerobong. Di lantai bawah,
barulah semua sampah itu ditampung oleh petugas kebersihan.
Listrik di Arjuna Plaza juga sering mati. "Tapi cuma 10 atau 15
menit," ujar Harry Wibowo, manajer Arjuna Plaza. Dulu, memang
ada generator sebagai cadangan jika listrik PLN mati. Entah kini
ke mana generator tersebut. Seorang petugas di sana
mengungkapkan, penghuni Arjuna Plaza adalah mereka yang sedang
menunggu rumah pribadinya selesai dibangun.
Menurut Wibowo, 90% hingga 95% unit di Arjuna Plaza selalu
terisi. Umumnya orang asing. Untuk keamanan penghuni, petugas
keamanan khusus selalu siaga agar tidak sembarang orang mengetuk
pintu flat.
Pengelola Arjuna Plaza juga mengatakan, bahwa orang asing
penghuniat ini lebih cerewet. Kalau AC kurang dingin, dia minta
digani atau minta diservhi "Tapi mereka ini cerewet karena
memagunakan haknya," ujar si petugas, "karena dengan sewa
sekian itu, kondisinya juga harus sepadan."
Rumah susun bertingkat 10 adalah Wisma Fairbanks. Baru dibuka
tahun lalu, dari 60 unit yang ada, setiap bulan rata-rata 80%
yang dihuni. Rumah susun ini juga untuk mereka yang butuh tempat
tinggal untuk waktu pendek saja. Dibangun oleh PT Fairbanks
Investment Indonesia di kompleks Gelora Senayan, setiap unit
rumah susun ini dilengkapi pesawat telepon, listrik 10.000 watt
yang pembayaran tiap bulannya dibebankan kepada penyewa. Cuma
air yang gratis.
Ratu Plaza
Tiap unit memiliki teras terbuka di depan dan belakang, ditambah
tiga kamar tidur yang masing-masing berukuran 5 x 5 meter.
Pengelola enggan menyebut harga sewa rumah susun ini. Dia cuma
berkata: "Pokoknya, lebih murah dibanding tinggal di hotel."
Di atas semua itu, rumah susun yang mempunyai unit terbaru dan
paling luks ialah di Ratu Plaza, di ujung Kebayoran Baru, masih
terbilang wilayah Senayan. Dengan teras yang dilengkapi pohon
bugenvil, ada 46 apartemen - delapan di antaranya berbentuk
maisonette.
Dengan lantai marmar, setiap kamar tidur dilengkapi ruang kecil
yang biasanya disebut dressing room. Bentuk ruangan yang
disejuki AC sentral, cukup tampak luas. Barangkali karena kaca
jendela dan pintu yang menghadap ke balkon cukup besar, sehingga
tidak menjerat pemandangan mata ke ruangan yang lebih luas lagi.
Setiap kamar mandi memakai sistem bathtub. Pemakaian listrik,
boleh dikata tidak terbatas. Setiap kran air, ada air dingin dan
panas. Tidak terkecuali yang ada di dapur.
Setiap penghuni, mendapat satu tempat parkir. Yang mempunyai
mobil lebih dari satu, harus membayar lagi. Penjagaannya cukup
rapi. Selain petugas sekuriti di ruang bawah, ada pula sistem
telecall yang berhubungan dengan apartemen. Pintu otomat hanya
bisa dibuka si penghuni. Mulai dari ruang bawah sampai ke tiap
koridor, ada tv sirkuit.
Apartemen ini menjadi satu dengan pusat perbelanjaan Ratu Plaza,
dengan jalan keluar-masuk yang berlainan. Sekarang sedang
dikerjakan sebuah kolam renang di tingkat 5 serta lapangan
tenis.
Ke-46 unit apartemen di Ratu Plaza telah habis disewa. Penyewa
yang semuanya orang asing, harus membayar untuk jangka waktu 3
tahun sekaligus. Para penyewa umumnya karyawan
perusahaan-perusahaan asing, selain staf kedutaan.
Tarifnya? "Sekitar US$ 2.000/bulan untuk maisonette," kata
seorang pegawai penjualan dari PT Ratu Sayang International
"dan jumlah itu harus dibayar di muka, sekaligus dan ditambah
pajak 10%."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini