Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mewaraskan Sumber Waras

Para perawat rumah sakit sumber waras, jakarta melancarkan mogok. menuntut kenaikan gaji. dibentuk panitia bersama untuk menyelesaikan masalah tersebut. (ksh)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH Sakit Sumber Waras, Jakarta sudah normal kembali. Sekitar 300 perawat (dari 436 orang) yang mogok tanggal 10 April yang lalu sadar bahwa kenaikan gaji dan diturunkannya ongkos asrama yang mereka tuntut lewat mogok kerja dan aksi poster tempo hari memang tak bakalan gol dengan segera. "Maksud utama kami hanya untuk meminta perhatian pihak pimpinan rumah sakit. Sebab sudah 3 kali kami mengirimkan surat himbauan tapi ternyata tak pernah mendapat tanggapan," kata seorang perawat. Tuntutan kenaikan gaji 50% mereka dasarkan pada kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Lebih dari itu mereka juga menginginkan satu kejelasan mengenai sistem penggajian. "Bayangkan gaji kami lebih rendah dibandingkan seorang tukang kebun di sini," ucap seorang perawat yang punya masa kerja setahun. Dalam tahun 1981 ini memang telah diadakan kenaikan gaji 18%, sehingga penghasilan seorang jururawat junior bisa mencapai Rp 33.000. Tapi mereka rupanya belum puas. Apalagi kalau dibandingkan dengan yang diperoleh rekan-rekannya di RS Islam Jakarta yang mencapai Rp 49.000 dan St. Carolus Rp 59.000. Pihak Yayasan Kesehatan Sumber Waras sementara itu menganggap jumlah kenaikan yang diberikan bulan Maret itu sudah optimal, sehingga tidak akan mengganggu jalannya rumah sakit, "Dalam beberapa tahun ini rumahsakit memang untung, yang kemudian digunakan untuk pengembangan sarana. Untuk kepentingan masyarakat juga," kata dr. Djoko N. Sunarjo kepada wartawan TEMPO, Bachrun Suwatdi. Tapi berapa besar keuntungan itu, Djoko tak berkenan memaparkan. Pimpinan yayasan menurut beberapa sumber juga tak mau melaporkan keuntungan yang diperoleh rumah sakit yang terletak di daerah Grogol itu. Untuk mengetahui berapa besar keuntungan tadi, dr. Timan, direktur Sumber Waras yang lama, pernah "secara sepihak" membuktikannya. Uang masuk selama 3 bulan tidak dia setorkan pada rekening yayasan di bank. Dan setelah dihitung ternyata keuntungan bersih mencapai Rp 90 juta. Tapi malang bagi dr. Timan, dia terpaksa turun dari kursinya dengan tuduhan menyelewengkan uang. Dia digantikan oleh dr. Setia Darma yang adalah juga Wakil Sekretaris Yayasan Sumber Waras. Pada masa dr. Timan juga para perawat dan karyawan lain bisa mengetahui bahwa pada bagian yang dianggap merugi, Sumber Waras toh bisa meraih keuntungan. Diceritakan bahwa bagian pertolonan darurat saban bulan bisa mengeduk untung Rp 20 juta. Padahal di rumah sakit lain bagian ini sangat mencemaskan. Terutama karena seringnya pasien menyatakan diri tak mampu. Tapi untuk menghambat jangan sampai pasien tak bayar, Sumber Waras mengenakan uang jaminan yang sering menjadi kecaman banyak orang. Air Ledeng Para perawat merasa keuntungan yang diperoleh rumah sakit itu sedikit banyak pantaslah terpercik juga untuk mereka. Dan jangan digunakan untuk pembangunan sarana yang tidak berhubungan langsung dengan pasien. Misalnya pembangunan pelataran parkir baru, sementara yang lama masih belum sesak. "Apakah rumah sakit ini untuk parkir mobil atau pasien?" cetus seorang perawat. Sementara itu mereka prihatin terhadap kondisi asrama. Untuk tinggal di situ mereka harus membayar 12% dari gaji. (Dalam surat yang mereka tujukan kepada direksi rumah sakit, mereka meminta supaya diturunkan menjadi 5%). Mereka mengeluh mengenai buruknya sarana di asrama itu. Air ledeng hanya mengalir beberapa jam. "Padahal kami yang bertugas jaga malam, setelah kembali ke asrama butuh mandi dan mencuci pakaian," ungkap seorang perawat. Mereka merasa membayar terlalu mahal untuk fasilitas itu. Sepanjang yang diketahui inilah untuk pertama kali perawat melancarkan pemogokan. Untung tak ada korban yang jatuh di kalangan pasien yang sedang dirawat. Untuk mengatakan keresahan para perawat itu, rapat gabungan antara Badan Pengawas dan Badan Pengurus Yayasan Kesehatan Sumber Waras, 18 April yang lalu membentuk Panitia Bersama. "Badan ini diharapkan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada," kata Sekretaris Badan Pengawas Yayasan Kesehatan Sumber Waras, Kartini Mulyadi SH. Ketua badan pengawas yayasan, dr H. Amino Gondohutomo mengharapkan dalam 3 bulan ini dasar untuk menyehatkan manajemen rumah sakit Sumber Waras sudah dapat ditetapkan. "Antara lain dengan meninjau kembali anggaran dasar yayasan yang memperkenan anggota pengurus yayasan duduk dalam direksi. Ini tidak memungkinkan tumbuhnya kontrol di rumah sakit itu," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus