RUMAH Sakit Sumber Waras, Jakarta sudah normal kembali. Sekitar
300 perawat (dari 436 orang) yang mogok tanggal 10 April yang
lalu sadar bahwa kenaikan gaji dan diturunkannya ongkos asrama
yang mereka tuntut lewat mogok kerja dan aksi poster tempo hari
memang tak bakalan gol dengan segera. "Maksud utama kami hanya
untuk meminta perhatian pihak pimpinan rumah sakit. Sebab sudah
3 kali kami mengirimkan surat himbauan tapi ternyata tak pernah
mendapat tanggapan," kata seorang perawat.
Tuntutan kenaikan gaji 50% mereka dasarkan pada kebutuhan hidup
yang semakin meningkat. Lebih dari itu mereka juga menginginkan
satu kejelasan mengenai sistem penggajian. "Bayangkan gaji kami
lebih rendah dibandingkan seorang tukang kebun di sini," ucap
seorang perawat yang punya masa kerja setahun.
Dalam tahun 1981 ini memang telah diadakan kenaikan gaji 18%,
sehingga penghasilan seorang jururawat junior bisa mencapai Rp
33.000. Tapi mereka rupanya belum puas. Apalagi kalau
dibandingkan dengan yang diperoleh rekan-rekannya di RS Islam
Jakarta yang mencapai Rp 49.000 dan St. Carolus Rp 59.000.
Pihak Yayasan Kesehatan Sumber Waras sementara itu menganggap
jumlah kenaikan yang diberikan bulan Maret itu sudah optimal,
sehingga tidak akan mengganggu jalannya rumah sakit, "Dalam
beberapa tahun ini rumahsakit memang untung, yang kemudian
digunakan untuk pengembangan sarana. Untuk kepentingan
masyarakat juga," kata dr. Djoko N. Sunarjo kepada wartawan
TEMPO, Bachrun Suwatdi.
Tapi berapa besar keuntungan itu, Djoko tak berkenan memaparkan.
Pimpinan yayasan menurut beberapa sumber juga tak mau melaporkan
keuntungan yang diperoleh rumah sakit yang terletak di daerah
Grogol itu. Untuk mengetahui berapa besar keuntungan tadi, dr.
Timan, direktur Sumber Waras yang lama, pernah "secara sepihak"
membuktikannya. Uang masuk selama 3 bulan tidak dia setorkan
pada rekening yayasan di bank. Dan setelah dihitung ternyata
keuntungan bersih mencapai Rp 90 juta. Tapi malang bagi dr.
Timan, dia terpaksa turun dari kursinya dengan tuduhan
menyelewengkan uang. Dia digantikan oleh dr. Setia Darma yang
adalah juga Wakil Sekretaris Yayasan Sumber Waras.
Pada masa dr. Timan juga para perawat dan karyawan lain bisa
mengetahui bahwa pada bagian yang dianggap merugi, Sumber Waras
toh bisa meraih keuntungan. Diceritakan bahwa bagian pertolonan
darurat saban bulan bisa mengeduk untung Rp 20 juta. Padahal di
rumah sakit lain bagian ini sangat mencemaskan. Terutama karena
seringnya pasien menyatakan diri tak mampu. Tapi untuk
menghambat jangan sampai pasien tak bayar, Sumber Waras
mengenakan uang jaminan yang sering menjadi kecaman banyak
orang.
Air Ledeng
Para perawat merasa keuntungan yang diperoleh rumah sakit itu
sedikit banyak pantaslah terpercik juga untuk mereka. Dan jangan
digunakan untuk pembangunan sarana yang tidak berhubungan
langsung dengan pasien. Misalnya pembangunan pelataran parkir
baru, sementara yang lama masih belum sesak. "Apakah rumah sakit
ini untuk parkir mobil atau pasien?" cetus seorang perawat.
Sementara itu mereka prihatin terhadap kondisi asrama. Untuk
tinggal di situ mereka harus membayar 12% dari gaji. (Dalam
surat yang mereka tujukan kepada direksi rumah sakit, mereka
meminta supaya diturunkan menjadi 5%). Mereka mengeluh mengenai
buruknya sarana di asrama itu. Air ledeng hanya mengalir
beberapa jam. "Padahal kami yang bertugas jaga malam, setelah
kembali ke asrama butuh mandi dan mencuci pakaian," ungkap
seorang perawat. Mereka merasa membayar terlalu mahal untuk
fasilitas itu.
Sepanjang yang diketahui inilah untuk pertama kali perawat
melancarkan pemogokan. Untung tak ada korban yang jatuh di
kalangan pasien yang sedang dirawat. Untuk mengatakan keresahan
para perawat itu, rapat gabungan antara Badan Pengawas dan Badan
Pengurus Yayasan Kesehatan Sumber Waras, 18 April yang lalu
membentuk Panitia Bersama. "Badan ini diharapkan mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang ada," kata Sekretaris Badan
Pengawas Yayasan Kesehatan Sumber Waras, Kartini Mulyadi SH.
Ketua badan pengawas yayasan, dr H. Amino Gondohutomo
mengharapkan dalam 3 bulan ini dasar untuk menyehatkan manajemen
rumah sakit Sumber Waras sudah dapat ditetapkan. "Antara lain
dengan meninjau kembali anggaran dasar yayasan yang memperkenan
anggota pengurus yayasan duduk dalam direksi. Ini tidak
memungkinkan tumbuhnya kontrol di rumah sakit itu," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini