Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setujukah Anda jika Presiden Megawati pergi ke Timor Loro Sa’e untuk menghadiri perayaan kemerdekaan negara itu? (26 April-3Mei 2002) | ||
Ya | ||
63,9% | 912 | |
No | ||
33,8% | 482 | |
Tidak tahu | ||
2,3% | 33 | |
Total | 100% | 612 |
PERLUKAH seorang presiden menghadiri proklamasi kemerdekaan bekas salah satu provinsi negaranya? Pertanyaan itu tiba-tiba mengusik emosi masyarakat Indonesia dan menimbulkan pro-kontra di kalangan politisi.
Soalnya berawal dari sepucuk surat yang dikirim presiden terpilih Timor Loro Sa’e, Xanana Gusmao, kepada Presiden Megawati Sukarnoputri. Isinya adalah undangan bagi Mega untuk menghadiri perayaan kemerdekaan negara itu pada 20 Mei nanti.
Mereka yang masih memendam kemarahan dengan terpisahnya Provinsi Timor Timur dari Indonesia kemudian menjadi negara Timor Loro Sa’e, akibat jajak pendapat tahun 1999, kontan menyuarakan penolakan atas undangan itu. Mereka masih beranggapan bahwa kemerdekaan negara itu adalah pengkhianatan terhadap ide integrasi, yang telah memakan banyak korban jiwa dari banyak pihak. Karena itu, mereka meminta Mega tak memenuhi undangan itu.
Ketua MPR Amien Rais, meski tak menolak Indonesia menghadiri perayaan itu, meminta agar sebaiknya yang ke Dili bukan Presiden. ”Cukup diwakili Menlu saja,” katanya.
Tapi tak semua orang seide dengan pendapat itu. Ada yang memandang kehadiran Mega di bumi bekas provinsi ke-27 itu sebagai jalan untuk mencairkan hubungan kedua negara di masa datang. Mereka setuju Mega terbang ke Dili. Salah satu yang setuju adalah Wakil Presiden Hamzah Haz. Soal apa kepentingan kunjungan itu, ia menyebut bahwa secara geografis Timor Loro Sa’e bertetangga dengan Indonesia. Dan, ”Tetangga itu jauh lebih berharga dari keluarga yang jauh,” Hamzah menambahkan.
Masyarakat sendiri, setidaknya yang mengikuti jajak pendapat Tempo Interaktif pekan lalu, sebagian besar setuju Ibu Negara melihat upacara penurunan bendera PBB dan pengibaran bendera Timor.
Mega sendiri tampaknya sudah berketetapan terbang ke Dili. Memang masih ada skenario cadangan, yakni akan lebih dahulu mengadakan kunjungan ke NTT. Jika semua aman, barulah Presiden akan terbang khusus ke Dili. Itu pun cukup satu jam saja.
Jajak Pendapat Pekan Depan:
Setelah ribut-ribut perayaan ulang tahun Republik Maluku Selatan (RMS) dua pekan lalu, sebuah penyerbuan berdarah berlangsung di Desa Soya. Sejumlah orang tewas dalam penyerbuan itu. Maluku pun disebut kembali bergolak. Atas kondisi ini, pemerintah mengatakan sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan keadaan darurat militer di sana. Tapi tak semua pihak setuju. Mereka menyebut status darurat militer cuma menambah parah kondisi daerah itu. Bagaimana pendapat Anda sendiri? Suarakan pendapat Anda melalui situs www.tempointeraktif.com. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo