Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Aksi Bugil di Pijorkoling

6 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aksi bugil terjadi di Desa Pijorkoling, Tapanuli Selatan, sekitar 40 kilometer dari Medan. Selama beberapa malam, puluhan laki-laki desa ini berkeliling tanpa ditutupi sehelai benang pun.

Jelas mereka bukan ekshibisionis. Aksi bugil itu semata dilakukan sebagai syarat untuk menangkap makhluk misterius yang tengah mencekamkan kampung itu. Makhluk jahat ini mengincar anak-anak atau bayi. Kabarnya, bentuk makhluk ini teramat mengerikan. Ia bisa menjelma menjadi babi siluman berekor panjang dengan perut besar menyeret di tanah. Karena takut, beberapa penduduk yang memiliki anak kecil mengungsi ke tempat lain.

Sebenarnya, untuk menangkap makhluk sialan itu, segala cara sudah dilakukan, termasuk dengan acara mengaji semalam suntuk. Namun hasilnya tetap nihil. Belakangan, menurut petuah seorang pintar, makhluk itu bisa dilihat dengan cara bertelanjang bulat. Penduduk yang sudah putus asa itu langsung ho-oh saja. Hasilnya agak lumayan.

Di kegelapan malam, mereka berhasil menangkap tiga ekor babi siluman. Segera mereka dimasukkan ke dalam karung plastik. Sial, ketika karung dibuka, isinya ternyata hanya batu-batu kecil. "Kondisi di desa kami begitu mengerikan," ujar salah seorang warga bermarga Lubis yang ikut bertelanjang bulat mengelilingi desa untuk menyatroni sang siluman.

Pada hari lain, saat kembali berpawai, sekelebat mereka melihat sinar dalam kegelapan. Kontan mereka memukuli cahaya itu dengan penuh amarah. Gedebak-gedebuk. Tapi lagi-lagi, tidak ada yang bisa ditangkap. Barulah keesokan harinya, menurut cerita warga, terlihat seorang wanita cantik mengalami luka lebam di sekujur tubuhnya dan minta perlindungan ke salah seorang warga desa tersebut.

Warga bukannya senang tapi malah waswas. Pasalnya, mereka tidak yakin bahwa perempuan itu merupakan siluman yang mereka cari. "Siapa tahu dia dianiaya suaminya," kata seorang warga.

Meski demikian, mereka masih setia dengan titah orang pintar, yakni bertelanjang bulat. Lalu silumannya? Tetap masih tidak tertangkap. Bisa jadi silumannya tidak mau nongol lagi atau sedang tertawa-tawa sambil mengejek: porno ah….

Air Tuba Dibalas Susu

Sebenarnya Briptu Siswoyo cuma kepingin menjadi polisi yang baik. Makanya, dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Senin dua pekan silam, anggota Intel Polda Sumatera Utara ini lantas ringan tangan. Di sebuah jalan menanjak dia melihat dua orang pria terengah-engah mendorong becaknya. Siswoyo jatuh iba. Apalagi di becaknya bergayut manja tiga buah kusen yang lumayan berat.

Melihat itu, Siswoyo turun dari sepeda motornya dan langsung membantunya. Usai itu, sebelum pergi meninggalkan mereka, Siswoyo sempat pesan agar hati-hati membawa kusen yang tak diikat itu. "Hati-hati, ya," ujarnya sambil mesem.

Namun sesampai di rumahnya, Siswoyo kaget bin terkejut-kejut. Loh, kok banyak orang berkerumun di rumahnya. Ada apaan nih? Ternyata, warga heboh karena kusen pintu dan jendelanya hilang digondol maling. Lha, sialnya lagi rumahnya yang jadi korban. Bagai kesetrum, naluri polisinya on. Jangan-jangan dua orang yang ditemuinya tadi. Tanpa banyak cakap, ia langsung nemplok di jok motor dan langsung tancap gas.

Beruntung, becak itu belum jauh melaju. Tak ayal lagi, keduanya dihentikan dan, bak-buk, Siswoyo menghunjamkan tinjunya. Dia mengaku kesal plus geram karena telah dikerjai orang yang ditolongnya. Keikhlasannya membantu keduanya pun langsung pupus. "Coba bayangin, kita udah nolong, tahunya dia maling. Lucu campur kesal dan malu. Untung, bisa ditangkap dan dikejar, kalau tidak, tambah malunya," kata Siswoyo sambil mengusap mukanya.

Kedua pria yang belakangan diketahui bernama Afrizon, 30 tahun, dan D. Pasaribu, 34 tahun, ini memang nekat. Dengan santai mereka menggerogoti rumah milik polisi di siang hari bolong. Kepada adik Siswoyo, yang ada di rumah, mereka cuma bilang disuruh Siswoyo untuk mengambil kusen ini. Keduanya kini disekap dalam sel tahanan Polsek Percut Sei Tuan. Kepada TEMPO mereka mengaku kegagalan itu terjadi karena faktor apes semata. "Kalau itu rumah polisi, manalah kami berani pula," kata Pasaribu seraya mesem.

Irfan Budiman, Bambang Soed (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum