Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Seru Memilih Rektor ITB

24 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OMBUDSMAN RI menerima laporan adanya penyelewengan dalam pemilihan rektor di empat universitas negeri yang dilakukan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Keempat perguruan tinggi itu adalah Universitas Haluoleo (Kendari), Universitas Negeri Manado, Universitas Sulawesi Utara, dan Universitas Musamus Merauke.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyebutkan persoalan terjadi karena ada pelanggaran sistem pemilihan. Dia mengklaim telah memperbaikinya untuk menghasilkan rektor yang berkualitas. "Supaya mutu pendidikan kita makin baik," ujar Nasir dalam jumpa pers di Jakarta pada 14 Oktober 2016.

Tempo edisi 9 Oktober 1976 dalam rubrik pendidikan menulis berita dengan judul "Pemilu Rektor ITB". Pemilihan rektor itu menerapkan tradisi baru, yakni wawancara oleh civitas academica Institut Teknologi Bandung terhadap para calon.

Tahap pertama adalah pencalonan oleh 263 dosen tetap ITB. Terpilih sembilan calon yang mendapat sedikitnya lima suara: Muhamad Wirahadikusumah, Mathias Aroef, Wiranto Arismunandar, Sosrowinarso, Iskandar Alisjahbana, Achmad Sadali, Eddie Kartasubarna, M, Barmawi, dan Samaun Samadikun.

Tiap calon memaparkan kertas posisi dan selanjutnya diwawancarai oleh tiga kelompok, yakni mahasiswa, staf pengajar, karyawan non-dosen, dan orang tua mahasiswa. Pada 15-18 September 1976 berlangsung wawancara terbuka yang diliput Tempo. "Bagaimana kalau beberapa kelompok mahasiswa ingin membentuk aliran kebatinan?" tanya Syaiful Bahri, anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) ITB.

Muhamad Wirahadikusumah menjawab bahwa aliran kebatinan mungkin harus diperhatikan juga, selama tidak mengganggu ketenteraman. "Kalau saya memimpin ITB, saya ingin suatu kesatuan dari ITB. Maksudnya tak seperti sekarang ini, walaupun jago ke luar, tapi di dalam 'merasa jago sendiri-sendiri'," kata Profesor Dr Mathias Aroef, Dekan Fakultas Teknologi Industri.

Setelah Mathias Aroef, tampil Prof Ir Wiranto Arismunandar, Sekretaris III Rektor Urusan Kemahasiswaan. Kata dia, mahasiswa ITB harus bisa berenang karena Indonesia negara kepulauan. Di Massachusetts Institute Technology, berenang merupakan keharusan.

Calon lain adalah Sekretaris I Rektor Urusan Akademis Profesor Dr Ir Sosrowinarso. "Kalau tidak ada masalahnya, jabatan rektor itu tidak menarik buat saya." Adapun Profesor Dr Ing Iskandar Alisjahbana, guru besar Departemen Elektro, memaparkan soal banyaknya dosen yang ngobyek, dengan lebih realistis. Iskandar menjelaskan, kampus harus menghargai hak manusia untuk memperbaiki hidupnya secara layak dengan cara terhormat. Menurut dia, sangat mahal biayanya untuk membeli kembali waktu-waktu ngobyek para dosen itu selama keuangan ITB belum mampu.

Selama satu setengah tahun ia lebih banyak berada di luar ITB. Jika terpilih menjadi Rektor ITB, Iskandar berjanji melepas jabatannya sebagai Wakil Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan beberapa jabatan di perusahaan swasta. "Istri saya sudah setuju. Sebab, menjadi Rektor ITB tidak bisa dijadikan kerja sambil lalu saja," ujarnya.

Wakil ketua panitia pemilihan Dr E. Soeriaatmadja menjelaskan, wawancara dengan dosen merupakan input buat Senat ITB dalam bentuk suara. Sementara itu, wawancara dengan karyawan, mahasiswa, atau orang tua mahasiswa hanya merupakan laporan. Hasilnya akan merupakan bahan bagi pemilihan tahap terakhir yang dilakukan oleh Senat ITB. Pada 7 Desember 1976, Iskandar Alisjahbana akhirnya terpilih sebagai Rektor ITB.

Tradisi pemilihan di ITB baru dilaksanakan di perguruan tinggi negeri di Tanah Air. "Saya akan mencoba mengintrodusir tradisi itu di beberapa perguruan tinggi negeri yang kondisinya dianggap memungkinkan," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Doddy Tisna Amidjaja. Menurut dia, tradisi itu merupakan ciri demokrasi di perguruan tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus