Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah Anda percaya bahwa informasi yang disampaikan ke Presiden melalui jalur pesan pendek (SMS) akan ditindaklanjuti? (15-22 Juni 2005) | ||
Ya | ||
32.89% | 175 | |
Tidak | ||
60.15% | 320 | |
Tidak tahu | ||
6.95% | 37 | |
Total | 100% | 532 |
Inilah terobosan gaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam mendengar aspirasi dari masyarakat. Pekan lalu, Presiden mengumumkan bahwa masyarakat dapat mengirim pesan ataupun informasi melalui layanan pesan pendek (SMS) ke nomor 9949.
Akses menggunakan SMS ini ditangani oleh sebuah tim (staf khusus) di bawah Presiden. Presiden berharap, dengan tim ini, informasi yang masuk dari masyarakat tak bias. ”Kalau budaya ‘asal bapak senang’ masih berlanjut, saya bisa salah memahami situasi di lapangan,” kata Presiden.
Gaya komunikasi semacam itu, menurut pengamat politik Sukardi Rinakit, akan memangkas kepercayaan publik ke pemimpin lokal karena semua masalah akan diadukan ke Yudhoyono. ”Ini kontradiktif dengan program desentralisasi,” kata Sukardi menganalisis.
Sukardi menyarankan agar Presiden tak perlu pusing memikirkan komunikasi melalui SMS. ”Serahkan saja ke tim khusus,” kata Sukardi. Presiden, menurut Sukardi, sebaiknya lebih berkonsentrasi pada isu-isu penting. ”Seperti menanggulangi busung lapar dan polio.”
Romy, seorang responden Tempo Interaktif di Flores, NTT, meragukan program Presiden untuk menindaklanjuti SMS yang masuk. ”Sebab, begitu banyak SMS yang masuk, yang mengadukan seribu macam hal. Presiden tak mungkin menanggapi secara cepat,” ujarnya. ”Meski spontan, saya yakin Presiden berniat baik,” ujar seorang responden Tempo Interaktif di Surabaya.
Hasil keseluruhan jajak pendapat Tempo Interaktif menunjukkan lebih banyak responden yang tak percaya (60,15 persen) adanya tindak lanjut dari pesan yang dikirim ke nomor khusus Presiden. Mereka yang mempercayai keampuhan SMS hanya 32,89 persen. Sisa responden (6,95 persen) memilih tidak tahu.
Indikator Pekan Ini: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak rakyat melakukan gerakan penghematan. ”Pemerintah akan segera mencari langkah yang tepat dan cepat untuk mengatasi masalah bahan bakar minyak dan listrik,” kata Presiden, pertengahan pekan lalu. Presiden juga meminta para gubernur serta para pembantunya melakukan penghematan. Gerakan mengirit itu terkait dengan kelangkaan BBM dan pasokan listrik yang kembali terulang di beberapa wilayah Indonesia. Ujung pangkal kelangkaan itu, seperti yang diakui oleh Presiden, adalah keterbatasan dana. Untuk BBM, misalnya, pemerintah harus menyediakan subsidi tak kurang dari Rp 78 triliun. Besaran subsidi itu bisa jadi membengkak jika harga minyak dunia terus melejit hingga US$ 58 per barel. Apakah Anda bersedia turut berhemat dalam menggunakan bahan bakar minyak? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo