Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Keramik Pembersih Udara

27 Juni 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bentuknya tak beda dengan keramik lantai lain. Tetapi Oxygena adalah satu-satunya keramik yang mengandung titanium dioksida. Elemen inilah yang bereaksi dan membersihkan gas polutan.

Oxygena membersihkan udara dari gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang dibuang knalpot kendaraan bermotor. Termasuk gas nitrit yang dihasilkan sistem pemanas ruangan dan kompor, maupun partikel debu, formaldehida, dan gas NH3.

Proses mengeliminasi polutan berlangsung siang hari. Sinar matahari yang mengenai permukaan keramik menciptakan proses fotokatalitik terhadap titanium dioksida. Reaksinya mirip fotosintesis klorofil pada tanaman. Oksigen aktif yang dihasilkan akan mengoksidasi gas polutan, mengubahnya menjadi ion nitrat. Dikombinasikan dengan air atau elemen lain, ion nitrat menjadi ramah lingkungan.

Keramik buatan perusahaan keramik Italia, Gambarelli, ini didesain untuk luar ruangan, baik balkon, teras, sekolah, rumah sakit, maupun gedung perkantoran. Tapi bisa juga dipakai di dapur sampai kamar mandi. Gambarelli menjamin produknya mampu bekerja sedikitnya 10 tahun.

Dalam pengujian di sebuah universitas, satu meter persegi Oxygena memurnikan 72 meter kubik udara selama 8 jam terkena sinar matahari. Selain keramik ini dilindungi paten, Departemen Lingkungan Italia juga mengesahkan produk Gambarelli ini sebagai produk ramah lingkungan.

Pestisida dari Gula

Ada gula, ada semut. Tapi gula juga bisa membuat semut mati. Begitu temuan terbaru peneliti Departemen Pertanian Amerika Serikat. Racun pembasmi serangga yang disemprotkan ke tanaman ini juga ditanggung aman bagi manusia.

Karena terbuat dari sukrosa oktanoat, sejenis ester gula, gula sintetis ini membunuh serangga dari dalam ke luar. Begitu memasuki kulit luar serangga yang keras, racun ini mengakibatkan serangga kehilangan air, mengerut dan mati karena dehidrasi.

Pimpinan pusat riset, Gary Puterka, menyatakan pestisida ini aman bagi kulit manusia. Apalagi dosis pembasmi serangga terlalu kecil untuk melukai manusia. "Rasanya juga pahit," kata Puterka, "tidak manis seperti gula."

Racun serangga ini juga aman bagi lingkungan. Berbeda dengan pestisida kimia, gula tidak meninggalkan residu. "Racun ini hanya aktif kalau basah," kata Puterka. "Ini mengering dan membunuh dengan cepat, lalu hancur dan tidak aktif."

Pestisida gula ini telah dipakai membasmi semut Varroa di peternakan lebah madu. Dengan dosis tepat, peternak bisa membunuh semut tanpa membahayakan lebah. "Ini juga bisa dipakai membasmi serangga di rumah, seperti kecoa atau tawon," kata Puterka.

Bernapas Seperti Ikan

Bisa bernapas dalam air sudah lama menjadi impian banyak orang. Kini seorang peneliti Israel, Alan Izhar-Bodner, menemukan terobosan yang memungkinkan penyelam bernapas tanpa tabung oksigen. Sistem yang telah dipatenkan ini memanfaatkan udara yang larut dalam air, sama seperti yang dilakukan ikan.

Sistem kerjanya menggunakan hukum Henry, yaitu jumlah gas yang dapat dilarutkan dalam cairan bergantung pada tekanan cairan itu. Makin tinggi tekanan, gas terlarut kian besar. Jika tekanan dikurangi, gas yang terlarut dalam cairan akan terlepas.

Prinsip ini sama seperti membuka sekaleng minuman soda. Gas karbon dioksida yang berada di bawah tekanan larut dalam minuman. Begitu kaleng dibuka, tekanan berkurang dan gas mendesis keluar.

Bodner menggunakan centrifuge (alat pemutar) untuk mengurangi tekanan air laut dan memisahkan udara yang larut. Alat ini dilengkapi saluran pemasok dan pembuang air laut, serta bagian pemisah air dengan udara yang dihasilkan. Udara yang telah dihirup juga dibuang kembali ke air.

Sistem pernapasan tanpa tabung oksigen ini dapat digunakan beberapa tahun mendatang. Rencananya, sistem ini akan didesain berbentuk rompi sehingga seorang penyelam dapat berada di dalam air selama berjam-jam.

Mata Buatan bagi Tunanetra

Salah satu tokoh dalam film Star Trek: the Next Generation adalah Letnan Geordi La Forge, lelaki buta sejak lahir yang dapat melihat memakai VISOR (visual instrument and sensory organ replacement). Alat itu memperbaiki penglihatannya sampai 75 persen.

Kini, alat serupa dikembangkan oleh peneliti Jerman dan siap diuji coba ke pasien manusia. Para peneliti Aachen University optimistis mata buatan ini dapat menolong tunanetra kembali melihat indahnya dunia.

Mata buatan ini terdiri dari kacamata yang dilengkapi kamera video kecil dan sebuah encoder. Alat ini akan mengirimkan gambar ke implan yang diletakkan di belakang mata. "Implan ini memungkinkan penggunanya mengenali bentuk obyek," kata pimpinan proyek, Wilfried Mokwa. "Juga melihat dalam warna hitam-putih dan membedakan bayangan terang dan gelap."

Alat ini diharapkan dapat membantu penderita renitis pigmentosa. Penyakit turunan ini mengakibatkan melemahnya penglihatan akibat kerusakan daya sensitivitas sel retina terhadap cahaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus