Soal kemahasiswaan di istn

Sudah sekitar delapan bulan konsep Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) digulirkan, tapi realisasinya di seluruh kampus-kampus di Indonesia hanya merupakan sebuah realisasi semu. Kondisi kemahasiswaan semakin hari semakin tidak menentu. Itu disebabkan campur tangan pihak pimpinan perguruan tinggi yang sudah terlalu jauh. Jadi, apa yang tersirat pada konsep SMTP itu secara filosofis adalah dari -- oleh -- - dan untuk mahasiswa itu merupakan omong kosong atau nol besar. Sebagai sebuah ilustrasi kongkret ada di ISTN. Campur tangan yang dilakukan pimpinan terhadap sesama mahasiswa terus-menerus dilakukan. Mahasiswa selalu diasumsikan sebagai bocah ingusan yang tak perlu tahu apa-apa. Penerapan kebijaksanaan hanya dilakukan berdasarkan "gerak hati" belaka. Kesepakatan atau rumusan-rumusan yang sudah tercipta pada mahasiswa lewat forum-forum resmi dapat "dibredel" lewat surat keputusan sepihak. Mereka juga mempergunakan mahasiswa-mahasiswa kadaluwarsa, dan kadangkala pula mahasiswa yang sudah lulus, untuk menghambat terciptanya perbaikan serta penataan dunia kemahasiswaan. Ironis memang, sebuah perguruan tinggi yang seharusnya mampu menerapkan pola-pola dialektis dan dialogis, diubah menjadi semacam "kamp konsentrasi". Tapi saya masih optimistis bahwa suatu niat baik guna mewujudkan cita-cita luhur butuh pengorbanan besar. Ini bukan hanya persoalan kemahasiswaan belaka. Jika ingin dirunut sampai pada akar persoalan, ini akan merembet ke sistem pendidikan di Indonesia yang masih " morat-marit." MAHASISWA ISTN Nama dan Alamat diketahui Redaksi