Dalam tulisan ''Hati-Hati Membeli Squalene'' (TEMPO, 8 Mei, Kontak Pembaca), ada beberapa hal yang perlu dijelaskan. 1. Penambahan vitamin E ke dalam lemak atau minyak (lipid), termasuk squalene, bertujuan mencegah terjadinya oksidasi (anti-oxidant) yang dapat menurunkan kualitas lemak atau minyak (lipid) itu. Selain itu, oksidasi juga menghasilkan bahan-bahan beracun yang sangat berbahaya. Oksidasi tidak saja terjadi akibat kontak dengan udara, tapi juga disebabkan oleh aktivitas enzim yang (mungkin) terkandung serta kehadiran unsur-unsur logam seperti kobalt, besi, tembaga, mangan, dan nikel. Cahaya pun bisa menyebabkan oksidasi, yakni melalui proses foto-oksidasi. Karena itu, dibutuhkan bahan pencegah, antara lain, vitamin E. Sebab, vitamin E lebih efektif mencegah oksidasi ketimbang vitamin A dan C. Adapun anti-oxidant sintesis, antara lain BHA, BHT, PG, TBHQ, dan TBHP, penggunaannya dibatasi dengan ketat karena bisa menimbulkan efek samping yang serius. Biasanya, jumlah vitamin E ditambahkan ke dalam lipid antara 550 dan 650 miligram per kilogram. Nah, melihat fungsi dan jumlah vitamin E yang digunakan, agaknya berlebihan bila dikatakan penambahan vitamin E ke dalam squalene merupakan taktik produsen untuk menekan biaya produksi. Karena itu, jika Anda tak yakin bisa memperoleh squalene yang masih baru, lebih aman kalau Anda membeli squalene yang dicampur dengan vitamin E. 2. Disebutkan, ''Karena khasiatnya yang luar biasa, squalene tidak membutuhkan vitamin lain.'' Kalimat ini bisa menyebabkan orang beranggapan bahwa squalene adalah sejenis vitamin. Padahal, squalene adalah sejenis lemak atau minyak serta termasuk kelompok hidrokarbon dan subkelompok parafin bercabang banyak. Squalene ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh. Yang tidak jenuh ini memiliki titik beku atau cair rendah. Sumber utama squalene adalah hati ikan hiu atau hati ikan bertulang rawan lainnya. Squalene banyak digunakan pada produk kosmetik, juga sebagai bahan untuk meningkatkan daya serap obat-obatan yang dipakai pada kulit. Menurut data yang sempat saya temukan, titik beku squalene (spinacene) adalah minus lima derajat Celsius (Dictionary of Chemistry, Penguin Books, 1990), bukan minus 75 derajat Celsius seperti yang ditulis TEMPO, 8 Mei lalu. Titik didihnya 261 derajat Celsius per 9 mm. Squalene tak akan beku bila disimpan dalam freezer rumah tangga yang hanya mampu menurunkan suhu bahan sampai sekitar minus dua derajat Celsius. 3. Saya belum tahu tujuan penambahan lecithin dan cod liver oil ke dalam squalene. Lecithin (phosphatidyl choline) biasanya digunakan sebagai bahan pengemulsi pada pembuatan roti, kue- kue, es krim, permen, pasta, dan sebagainya. Choline (salah satu komponen pembentuk lecithin) juga bermanfaat untuk mencegah hepatitis, hypoglycemia (kadar gula darah yang terlalu rendah), pusing-pusing, sembelit, asma, dan eksem. Cod liver oil, selain mengandung vitamin A dan D, yang sudah lama populer, juga mengandung asam-asam lemak omega-3 rantai panjang (terutama C20 dan C22) yang oleh para ahli nutrisi dan kesehatan diyakini antara lain dapat mencegah inflammatory, atherosclerosis, dan multiple sclerosis. Asam-asam lemak omega-3 rantai panjang itu juga berkhasiat menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah, mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung tiba-tiba dan kelainan- kelainan yang berhubungan dengan jantung, mencegah penimbunan lemak dalam pembuluh darah, serta mengurangi risiko terserang rematik, psoriasis, dan sebagainya. Apakah karena itu lecithin dan cod liver oil ditambahkan ke dalam squalene? Entahlah. Kita tunggu masukan dari pembaca yang lebih mengetahuinya. METUSALACH 57 Allandale Rd BPA, Guy Court 307 Box 114 St. John's, NF, A1B 3S7 Canada
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini