Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat

23 November 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komitmen Ahok Benahi Jakarta

Sejak didaulat menjadi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih akrab disapa Ahok terus berkomitmen membangun dan membenahi DKI Jakarta menjadi ibu kota negara yang modern, kreatif, dan berbudaya. Salah satu komitmennya adalah mereklamasi dan merevitalisasi pantai utara Jakarta.

Hingga saat ini, reklamasi banyak menuai polemik dari sekelompok masyarakat. Bahkan proyek ini juga menjadi perdebatan panjang antara Gubernur dan DPRD DKI Jakarta hingga ke pemerintah pusat. Mengutip berita yang dimuat di Pos Kota pada edisi 1 Oktober lalu, Ahok tetap keukeuh dengan keputusannya untuk melanjutkan proyek reklamasi Teluk Jakarta yang sudah lama direncanakan.

Seperti diketahui, proyek reklamasi dan revitalisasi Teluk Jakarta ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Proyek ini juga dilakukan untuk menata kawasan pantai utara Jakarta yang telah lama rusak dan tercemar. Selain itu, Gubernur DKI Jakarta ini berkeyakinan bahwa proyek reklamasi Teluk Jakarta dapat menjadi solusi atas keterbatasan lahan daratan Jakarta guna mengurai kepadatan penduduk yang terus bertambah.

Bukan hanya itu, Ahok juga menjamin reklamasi pantai utara yang dilakukan tidak akan merusak lingkungan. Sebaliknya, langkah tersebut akan membuat lingkungan di wilayah pesisir semakin baik. Pasalnya, dalam proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta, para pengembang yang telah memperoleh izin diwajibkan berkontribusi terhadap penataan pantai utara Jakarta. Antara lain membangun hunian rumah susun, mengembangkan hutan bakau di pantai utara, dan membangun rumah pompa sebagai kewajiban yang diberikan pemerintah DKI.

Kini reklamasi Teluk Jakarta menjadi sebuah harapan besar warga Ibu Kota yang mendambakan Jakarta terbebas dari banjir, kemacetan, kepadatan penduduk, permukiman kumuh, dan pengangguran. Melalui reklamasi, diharapkan kawasan Teluk Jakarta yang telah diperbarui menjadikan pantai utara Jakarta sebagai destinasi pariwisata.

Selain itu, penataan pantai utara Jakarta akan memperbaiki kondisi lingkungan pantai menjadi lebih bersih dan indah, ditunjang dengan fasilitas bangunan megah di atas pulau buatan hasil reklamasi tersebut. Semua ini diharapkan menjadi daya tarik wisatawan asing untuk berkunjung dan berinvestasi di Jakarta.

Abdul Khoir
Depok, Jawa Barat


Pesan untuk Menteri Luar Negeri

SAYA ingin menitip pesan kepada Menteri Luar Negeri Indonesia, Ibu Retno Marsudi, sebagai ujung lidah rakyat Indonesia di luar negeri. Saya berharap pesan saya ini disampaikan kepada Ketua/Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat. Mudah-mudahan mereka memahami dan menerima untuk dilaksanakan.

Menurut saya, sebaiknya PBB mengeluarkan larangan sekaligus perintah kepada negara-negara yang punya industri/pabrik senjata. Larangannya adalah tidak memperbolehkan lagi semua negara memproduksi peralatan senjata yang mematikan. Dan diperintahkan hanya memproduksi senjata peluru karet atau peluru bius yang digunakan untuk melumpuhkan binatang buas. Semua senjata canggih yang pernah dan telah diciptakan harus disita dan dilebur kembali.

Senjata dengan peluru karet, sedahsyat apa pun suatu perang antarnegara, tentu tidak akan mematikan lawan. Sebaliknya, perang hanya sebatas melumpuhkan lawan. Dan, menurut saya, semakin canggih sebuah senjata diciptakan untuk membunuh manusia adalah tanda semakin rendahnya peradaban manusia.

Tidak tergerak dan tersentuhkah hati para pemimpin dunia/PBB melihat darah manusia tumpah di mana-mana? Apakah karena perang atau karena korban teroris? Hidup adalah sebuah keindahan. Jangan biarkan ada nyawa melayang karena kebiadaban dan kecanggihan senjata seperti yang baru terjadi di Paris, juga di Palestina dan Israel sejak dulu.

Pandu Syaiful
Pekanbaru, Riau
[email protected]


RALAT

Dalam artikel berjudul "Ada Apa Setelah 14 Tahun?" pada rubrik Pokok & Tokoh edisi pekan lalu, terdapat kekeliruan yang mengganggu. Dalam artikel itu disebutkan bahwa Adinia Wirasti adalah pemeran tokoh Karen, seharusnya Carmen.

—Redaksi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus