Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Surat dari redaksi

Slamet djabarudi,48, redaktur bahasa tempo, meninggal dunia akibat serangan jantung. setelah disemayamkan di rumah duka depok, bogor, jenazah almarhum dimakamkan di pemakaman pakuncen, yogyakarta.

4 Juni 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIALAH pembaca TEMPO paling komplet: dari kulit muka sampai halaman terakhir, dari judul sampai keterangan foto -- kecuali halaman iklan. Memang, itu tak dibacanya di majalah, tapi di layar komputer. Dan ia tak sekadar membaca. Ia mengoreksi dari salah ketik sampai salah kalimat, dari nama orang sampai nama negara. Karena itu, sejak ia resmi diangkat sebagai Redaktur Bahasa TEMPO, tahun 1983, sampai ia harus menjalani operasi jantung, Slamet Djabarudi, di tiap malam deadline, selalu bergadang bersama redaksi. Memang tak ada yang kekal di dunia ini. Selasa sore pekan lalu, dalam usia 48 tahun, Mas Slamet, demikian kami di TEMPO memanggilnya, meninggalkan kami untuk selamanya. Dan bukan hanya TEMPO yang merasa kehilangan, tapi juga dunia kewartawanan dan semua orang yang menaruh minat pada berbahasa Indonesia yang baik. Sejak Mas Slamet menjalani operasi pertama, tahun 1989, mestinya ia harus lebih banyak beristirahat, tapi semangat dan rasa tak enaknya membaca bahasa yang salah di TEMPO membuatnya sedikit nekat: ia masih berada di kantor sampai sekitar pukul delapan malam di malam deadline. Dan di malam deadline terakhir yang diikutinya, Jumat dua pekan lalu, tumben, ia masih di kantor sampai sekitar pukul sebelas malam: nonton pertandingan Piala Uber di televisi. Senin paginya, 23 Mei 1994, ia pun masuk kantor -- walau hanya sebentar karena hari itu memang tak ada naskah yang perlu diperiksa. Selasa pagi, Mas Slamet memang tak tampak, tapi kami maklum, hari itu pun belum ada naskah yang perlu diperiksa. Sekitar pukul tiga sore, kami mendengar kabar, jantungnya kambuh. Segera saja Etti Sunarti Asa dari Bagian Personalia menyiapkan surat-surat yang diperlukan untuk masuk rumah sakit. Tapi rupanya itu tak diperlukan: sekitar setengah jam kemudian masuk kabar bahwa Mas Slamet sudah tiada. Setengah malam disemayamkan di rumah duka di wilayah Depok, Bogor, dinihari jenazah diterbangkan ke kota kelahirannya, Yogyakarta, untuk dimakamkan di pemakaman Pakuncen. Di masa kecil, ia hanya merasa cepat lelah dan sering pusing, sehingga di sekolah menghindari kegiatan di luar kelas yang memerlukan kegiatan fisik, misalnya olahraga. Suatu hari di tahun 1989, pusingnya menjadi-jadi, dan berdasarkan pemeriksaan dokter, diketahui ada kelainan pada katup jantungnya. Operasi pertama berlangsung di Rumah Sakit St. Vincent, Sydney, Australia, 20 Desember 1989, ditangani langsung oleh Dokter Victor P. Chang, ahli bedah jantung yang kemudian mati terbunuh itu (dan Mas Slamet menulis obituarinya yang menarik dalam TEMPO 13 Juli 1991). Katup jantungnya yang ngambek itu diganti katup plastik. Dengan katup jantung plastik itulah ia menjalankan tugas sehari-harinya. Pada tahun 1992, ia memperoleh beasiswa dari Asia Pacific Media Program untuk studi selama enam bulan di University of California, Berkeley. Salah satu programnya: magang di majalah Time. Tiga hari menjelang ia pulang ke Tanah Air, kembali jantungnya berulah. Ia terjatuh pingsan di jalan Kota New York. Berkat bantuan rekan-rekan di Time, ia bisa dirawat segera di Rumah Sakit Mount Sinai. Untuk kedua kalinya ia menjalani operasi, 26 Juni 1992. Di sana ia mengalami apa yang disebutnya "mati empat menit". Ia, katanya, mendengar sayup-sayup suara orang berteriak-teriak. Ternyata, suara gaduh itu muncul di saat detak jantungnya berhenti. Hidup dengan bantuan alat di dalam tubuhnya yang melemah tak menghalangi kegiatannya, baik di dalam maupun di luar TEMPO. Mas Slamet, yang pernah kuliah di Fakultas Sastra dan Seni IKIP Yogyakarta, juga mengajar di Lembaga Pers Dr. Soetomo. Lembaga inilah yang mengirim Slamet studi di Berkeley itu. Sebagai "ahli bahasa pers", Slamet banyak memberi ceramah, khususnya di TVRI, dan terlibat diskusi, misalnya di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Buku pedoman menulis Misalkan Anda Wartawan Tempo yang banyak dipakai calon penulis itu hasil karya sadurannya, dikerjakan bersama Goenawan Mohamad. Ia juga anggota ahli bahasa untuk kamus Password: English Dictionary for Speakers of Bahasa Indonesia. Ia memulai karier kewartawanannya di mingguan Pelopor Yogya. Di koran inilah Slamet mengukir sejarah kewartawanannya: membela seorang gadis penjual telur. Gadis itu, kemudian dikenal dengan nama Sum Kuning, diperkosa beramai-ramai tapi malah ditahan oleh polisi karena dianggap bohong. Slamet juga ikut ditahan, karena menulis berita membenarkan pengakuan Sum Kuning. Setelah PWI cabang Yogyakarta menguatkan tulisan Slamet, ia dibebaskan. Enam bulan setelah tragedi itu, Slamet pindah ke Jakarta, menjadi reporter di harian Indonesia Raya, sampai koran yang dipimpin Mochtar Lubis itu dibredel, tahun 1974. Juni 1974, ia bergabung di Majalah TEMPO sebagai reporter yang berurusan dengan kepolisian. Kemudian ia, yang sangat memperhatikan kesalahan bahasa di Majalah TEMPO, resmi menjadi Redaktur Bahasa. Mas Slametlah, misalnya, yang mengoreksi hingga kami tak lagi memakai kombinasi "walaupun ... tetapi" (cukup "walaupun"), atau tak menyebut "merubah", melainkan " mengubah" (sebab kata dasarnya "ubah", bukan "rubah"). Kini ia tak ada lagi. Ia kembali ke Penciptanya. Kita rela meskipun kita tak kunjung bisa menjawab, sampai hari ini: siapa yang bisa menggantikan seseorang yang begitu mencintai, dan ingin merawat, bahasa jurnalistik Indonesia, yang sering diabaikan itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus