WAWANCARA memang tugas wartawan di samping reportase. Tapi tidak selalu wawancara kami turunkan dalam bentuk tanya-jawab atau dalam bentuk "aku". Dalam nomor ini, wawancara yang kami turunkan dalam dua bentuk tersebut ada beberapa, terutama dalam Laporan Utama.Pertimbangannya, terutama, jawaban-jawaban sumber berita telah lengkap dan sudah enak dibaca. Dan itu tentu tidak terlepas dari cara bertanya wartawannya. Kali ini, yang melakukan banyak wawancara adalah dua wartawan kami, Wahyu Muryadi dan Taufik T. Alwie.Wahyu Muryadi, yang sedang magang di kelompok rubrik Kriminalitas, untuk Laporan Utama tentang pemberantasan kejahatan kali ini ditugasi menginterviewPangdam Jaya Mayor Jenderal Hendropriyono. Baru Kamis pekan lalu ia berhasil.Di sela acara Sarasehan Golkar di Jakarta Hilton Convention Center, Wahyu, bujangan asal Surabaya, ditemani wartawan Taufik T. Alwie dan fotografer RiniPWI diterima Pangdam di sebuah ruangan di tempat yang dahulu disebut Balai Sidang Senayan itu. Untuk itu, sampai-sampai Hendro tidak sempat makan siang. Esok harinya Wahyu mewawancarai Mayor Jenderal Pol. Koesparmono Irsan. Ada pengalaman baru Wahyu ketika mewawancarai Deputi Kapolri Bidang Operasi itu. Kebetulan Koesparmono baru saja menangani tertangkapnya tiga tersangka penyelundup 29 kilogram heroin di Jakarta. Barangkali untuk meyakinkan Wahyu bahwa yang disita benar-benar heroin, Koesparmono menyilakan wartawan TEMPO yang di kantor kami panggil ustad untuk mencicipinya sedikit. "Rasanya pahit kayak puyer Bintang Tujuh," kata jebolan pesantren yang kemudian kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga itu sebelum masuk TEMPO. Di tempat lain, Taufik Alwie berhasil omong-omong panjang dengan Yorrys Rameyai, ketua pelaksana harian Pemuda Pancasila, yang disebut-sebut banyak tahu tentang dunia kejahatan. Taufik, yang berpenampilan kalem dan pendiam, sebenarnya sarjana lulusan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang. Tapi, sebagaimana Wahyu, juga umumnya wartawan, ia diharuskan juga mengenal bidang-bidang yang kami liput. Kata orang, wartawan memang seorang generalis -- meskipun pernyataan ini perlu diberi catatan, yakni seberapa generalis seorang wartawan, berbeda-beda luasnya. Di luar Laporan Utama, masih ada kaitannya dengan kriminalitas, Wahyu juga mewawancarai terhukum yang di sidang pengadilan terbukti merampok dan membunuh Basuki Abdullah, pelukis Istana itu. Ini menjadi artikel pertama di rubrik Hukum. Menuliskan hasil wawancara dalam bentuk tanya-jawab, umumnya, memang lebih mudah daripada menulis laporan yang merangkum berbagai sumber berita. Tapi tantangan bentuk tulisan tanya-jawab memang bukan di belakang meja, melainkan di lapangan, yakni ketika si wartawan bertemu dengan sumber berita itu sendiri. Cara bertanya kepada sumber berita yang banyak omong tentulah berbeda dengan cara bertanya sumber yang tidak suka bicara. Bagaimana cara bertanya itu, di situlah seorang wartawan ditantang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini