Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Respek untuk Julia Perez
MENINGGALNYA artis Yuli Rahmawati atau biasa dikenal sebagai Julia Perez (Jupe) mendatangkan kesedihan bagi para penggemarnya ataupun bagi sebagian besar masyarakat. Bagaimanapun, Julia Perez menunjukkan kepada kita bagaimana dia tidak menyerah dan terus berjuang menghadapi kanker serviks yang dideritanya sampai kematian menjemput.
Tak lama setelah kematian Jupe, saya, teman-teman, dan sejumlah kerabat menerima pesan berantai alias broadcast message aplikasi pesan instan soal dia. Isinya: humor minum obat banyak bisa membawa kita bertemu dengan Julia Perez.
Saya menilai pesan berantai semacam ini tidak pantas dibuat, apalagi disebarkan. Pesan seperti ini sama saja dengan penyebaran foto korban meninggal akibat ditembak di stasiun pengisian bahan bakar umum yang beredar dari grup ke grup pesan instan. Hormatilah orang yang sudah meninggal dan keluarganya. Bagaimana jika suatu saat kita atau anggota keluarga kita meninggal dan dijadikan lelucon?
Khusus untuk Julia Perez, mungkin sebagai artis dia tidak sempurna dan punya kekurangan, tapi perjuangannya menginspirasi banyak perempuan. Setidaknya, saya dan teman-teman saya bertekad meniru Julia, yaitu tidak menyerah. Kepada dia dan semua perempuan lain yang berjuang melawan kanker, kita layak menaruh hormat.
Anastasia Sri Handayani
Jatibening, Bekasi, Jawa Barat
Khawatir Operasi Yustisi karena e-KTP
SAYA adalah warga Jakarta Timur pemegang surat keterangan sebagai pengganti kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Perpindahan KTP saya dari Tangerang Selatan ke Jakarta Timur selesai pada November tahun lalu. Artinya, sudah sekitar delapan bulan saya mengurus segala administrasi dengan menggunakan selembar kertas HVS.
Dua pekan lalu, saya mencoba mendatangi kantor kelurahan untuk menanyakan apakah e-KTP saya sudah selesai. Petugasnya mengatakan bahwa saya harus antre karena e-KTP baru dibagikan kepada mereka yang mengurus pada September 2016 lantaran pasokan blangko seret. Ada kemungkinan e-KTP saya baru selesai pada September 2017. Lama sekali.
Dari berbagai berita yang saya baca, Kementerian Dalam Negeri mengatakan ada persoalan dalam pengadaan tender blangko e-KTP. Saya tak terlalu paham teknisnya, tapi apakah itu semua harus dibebankan kepada masyarakat?
Setelah Lebaran, biasanya pemerintah daerah menggelar operasi yustisi di berbagai tempat. Karena surat keterangan pengganti e-KTP berbentuk kertas, saya tak pernah membawanya saat bepergian. Surat itu tak muat diselipkan dalam dompet saya dan mudah rusak. Saya yakin banyak warga Jakarta melakukan hal yang sama, tidak membawa surat keterangannya. Jika nanti ada masyarakat Jakarta memiliki surat keterangan tapi tetap terjaring operasi yustisi, siapa yang akan bertanggung jawab?
Mustafa
Jakarta Timur
Tertibkan Peredaran Senjata Api
DUA peristiwa perampokan brutal terjadi dalam dua pekan terakhir. Davidson Hantono tewas di stasiun pengisian bahan bakar umum Daan Mogot, Jakarta Barat, setelah ditembak jaringan perampok bersenjata api. Italia Chandra Kirana Putri juga tewas setelah dihajar timah panas dua perampok yang mencoba merampas sepeda motornya.
Peristiwa tragis itu berhasil meneror warga Jakarta lainnya. Pertanyaan awam bagaimana begitu mudah komplotan perampok memiliki senjata api dan menggunakannya untuk membunuh orang di ibu kota negara Indonesia. Tidak peduli itu senjata rakitan atau bukan, tapi peredarannya telah memakan korban.
Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mesti bertindak tegas atas dua peristiwa memalukan ini. Pejabat kepolisian di tingkat kepolisian sektor, kepolisian resor, bahkan kepolisian daerah mesti mendapat teguran atas peristiwa ini. Malah kalau perlu ada sanksi bagi mereka karena gagal menjaga ketertiban di wilayah masing-masing. Meninggalnya dua orang karena senjata api kawanan perampok mesti dijadikan momentum untuk kembali menertibkan peredaran senjata api di Jakarta. Tanpa itu, peristiwa serupa akan kembali terjadi dan dampaknya rasa aman masyarakat menjadi terampas. Dan ini adalah kegagalan aparat kepolisian.
Ati Wayati
Rawalumbu, Bekasi, Jawa Barat
Ralat
Dalam majalah Tempo edisi 19-25 Juni 2017, rubrik Digital "Syiar Pesantren di Media Sosial", seharusnya tercantum nama Erton Vialy Arsy sebagai pemilik foto tersebut.
Mohon maaf atas kekeliruan redaksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo