Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Klarifikasi Prof Dr Liartha Kembaren
Saya ingin memberikan klarifikasi tulisan majalah Tempo edisi 19-25 Januari 2015, halaman 80, berjudul "Gelar Palsu Cap Berkley". Dalam tulisan itu, ada Rektor Universitas PGRI Kupang Samuel Haning yang menyinggung ihwal lembaga kami, University of Berkley, yang difasilitasi Lembaga Manajemen Internasional Indonesia (LMII). Dalam pemberitaan tersebut, ada tulisan yang cukup mengganggu seperti "Pengobral gelar bodong asal luar negeri yang masih berkeliaran".
Perlu diketahui bahwa LMII selama ini memang membuka program kuliah jarak jauh, dan sudah banyak diplomat asing, pengusaha, profesional, wakil rakyat, serta jenderal yang ikut kuliah dengan kami. Pendidikan yang kami adakan ini resmi dan mendapat pengakuan dari pemerintah lewat Kementerian Pendidikan Nasional atau Direktorat Pendidikan Tinggi.
Saya ingin menyampaikan bahwa lembaga kami resmi diÂakui pemerintah dan bukan "pengobral gelar". Ada proses pendidikan yang harus diikuti setiap orang yang mendaftar ke LMII. Tujuan kami adalah mencerdaskan bangsa ini lewat pendidikan yang semakin modern dan lembaga kami bisa mengabdi kepada masyarakat serta menjadi teladan di tengah lingkungannya.
Prof Dr Liartha Kembaren
Gedung Yarnati, Jalan Proklamasi
Jakarta Pusat
Jawaban:
Tulisan itu berdasarkan wawancara dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Penjelasan Anda juga sudah dimuat dalam tulisan tersebut. Terima kasih atas klarifikasinya.
Tes Pegawai Negeri Sipil
Saya adalah peserta tes calon pegawai negeri sipil Provinsi DKI Jakarta untuk formasi jabatan guru kelas. Dari hasil tes yang saya ikuti, saya mendapatkan nilai total 60,12. Namun, ketika ada pengumuman, nama saya tidak tercantum sebagai peserta lulus tes. Adapun peserta lain yang nilai total hasil tesnya di bawah saya tercantum sebagai peserta lulus. Saya memohon perhatian kepada pihak berwenang.
Fartini Damayanti
[email protected]
Siapa Pencipta Lagu Jangan Biarkan
Ketika penyanyi Diana Nasution meninggal pada 4 Oktober 2013, RRI Pekanbaru, Riau, membuat acara khusus di pagi harinya untuk mengenang mendiang. Selain menyebutkan riwayat hidup, mereka memutar lagu-lagu yang pernah dinyanyikan Diana. Suara Titi DJ juga diperdengarkan pagi itu dengan lagu yang pernah dipopulerkan oleh Diana.
Ketika penyiarnya menyebutkan Diana Nasution terkenal karena lagu ciptaan Rinto Harahap Jangan Biarkan, saya kaget. Saat itu pula saya angkat teleponmenghubungi RRI untuk meluruskan. Menurut saya, Jangan Biarkan bukan ciptaan Rinto Harahap, melainkan Hanny Tuheteru. Tapi penyiarnya berkeras bahwa dialah yang benar.
Memang kepopuleran Diana Nasution dikukuhkan oleh lagu Benci tapi Rindu dan lain-lain, ciptaan Rinto Harahap. Saya berpikir, mungkin karena RRI Pekanbaru tidak akan didengar banyak orang di seluruh Indonesia, kecuali Riau dan provinsi tetangga, maka saya tidak memperpanjang masalah.
Ketika Rabu sore, 11 Februari 2015,dalam acara Hitam Putih Trans 7 mengenang Rinto Harahap yang dipandu Deddy Corbuzier, empat penyanyi, Betharia Sonatha, Eddy Silitonga, Christine Pandjaitan, dan Nia Daniaty, menyanyikan lagu Jangan Biarkan, lagu tersebut kembali ditulis sebagai ciptaan Rinto Harahap. Siapa yang bisa memberi penjelasan, siapakah sebenarnya pencipta lagu Jangan Biarkan?
Pandu Syaiful
Pekanbaru, Riau
[email protected]
Traffic Management Lippo Village Biang Macet
Kami adalah warga Permata Millenium Lippo Village, Tangerang, Banten. Sekitar lima bulan yang lalu, pihak Town Management Lippo Village mengubah alur lalu lintas di wilayah kami menjadi satu arah, yaitu masuk dari arah Jalan Permata Bunda dan keluar dari Jalan Permata Indah V.
Perubahan tersebut sangat mengganggu aktivitas kami akibat menumpuknya jumlah kendaraan yang akan ke luar kompleks, terutama Minggu, saat warga sebuah gereja selesai ibadah. Akibatnya, kegiatan kami sebagai warga terganggu. Hanya untuk keluar kompleks yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 5 menit, kini di pagi hari dan Minggu bisa mencapai 30 menit hingga satu setengah jam. Anak-anak kami terpaksa berangkat jauh lebih pagi untuk mengantisipasi kemacetan supaya tiba di sekolah tepat waktu.
Pihak Town Management pun tidak memelihara kualitas jalan, sehingga banyak berlubang dan membuat kemacetan menjadi semakin parah. Kami telah melaporkan ketidaknyamanan ini, tapi pihak manajemen sampai saat ini tidak menanggapi dengan serius.
Kami mengimbau Town Management Lippo segera membuka jalan menjadi dua arah seperti semula. Yang perlu diatur adalah alur jalan utama, bukan di akses keluar-masuk kompleks.
Dr Andreas Liando, SpAk, dan rekan
Permata Millenium Lippo Village, Tangerang, Banten
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo