Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Janji Bank Bukopin
SAYA adalah nasabah Bank Bukopin di Solo, Jawa Tengah, sejak 12 tahun lalu. Pada Desember 2010, saya membuka rekening Bukopin Prioritas dan menjadi nasabah Tabungan Siaga Premium. Dalam brosur program, ada janji bahwa semua nasabah akan mendapat paket berlangganan majalah Tempo. Namun sampai sekarang janji itu belum direalisasi.
Saya sudah pernah menanyakan hal ini kepada karyawan Bank Bukopin di Solo. Mereka hanya menjawab bahwa permintaan saya sudah diteruskan ke kantor pusat. Sudah dua bulan berlalu sejak saya membuka rekening baru di bank ini, tapi tetap saja tidak ada kabar. Saya berharap Bank Bukopin tidak mengecewakan nasabahnya.
Endang Padmaningsih
Jalan Punggawan 39
Solo
Saran untuk Duta Besar
KEBERADAAN seorang duta besar amat penting bagi sebuah negara. Karena itu, sudah seharusnya ukuran keberhasilan kerja duta besar juga tidak melulu soal kehangatan jalinan persahabatan dengan negara lain.
Saya menilai seorang duta besar baru bisa disebut berhasil jika dapat meningkatkan ekspor produk dari Indonesia ke negara yang dia tempati. Ada banyak ragam karya anak negeri yang bisa dipasarkan ke mancanegara, mulai kerajinan tangan tradisional sampai produk industri kreatif, seperti musik dan film berkualitas.
Sajian kuliner Nusantara pun tak kalah menarik. Ada ayam penyet, pecel lele, ayam kalasan, sanjai, sampai bika ambon. Semuanya bisa ditawarkan ke dunia internasional. Jika Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang bisa mendunia dengan fried chicken, burger, pizza, sushi, dan aneka jenis produk lain, mengapa kita tidak?
Syaiful Pandu
Jalan Nila 2 Blok A
Solok
Rumpi Politik Kurang Sehat
KESIMPANGSIURAN suasana politik kita saat ini disebabkan oleh tingkah polah para pejabat dan elite politik yang suka melemparkan pernyataan ke publik tanpa benar-benar memikirkan dampaknya. Rumpi politik macam itu tidak banyak gunanya untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.
Lihat saja bagaimana para politikus meributkan kenaikan gaji presiden, ngotot ingin mendirikan gedung baru di Senayan, dan bersekutu untuk menyingkirkan pejabat publik yang tidak mereka sukai. Padahal masih banyak orang yang kekurangan, infrastruktur berantakan, dan penegakan hukum tidak memberikan rasa keadilan.
Sudah saatnya kebiasaan buruk elite negeri ini ditinggalkan. Para pemimpin Indonesia seharusnya tidak hanya pandai mencari kesalahan orang lain, tapi juga bisa menawarkan solusi untuk perbaikan. Para wakil rakyat jangan hanya mengejar popularitas dengan menghalalkan segala cara.
Lie Gan Yong
Jalan Balai Pustaka, Rawamangun
Orang Kaya Jangan Beli Premium
KENAIKAN harga bahan bakar minyak di pasar internasional membuat harga bensin jenis Pertamax di dalam negeri terkerek naik. Selisih harganya yang besar dengan bensin Premium membuat banyak orang khawatir konsumen akan meninggalkan Pertamax. Padahal Premium sampai sekarang masih disubsidi pemerintah.
Sebagian kekhawatiran ini sudah terjadi. Di banyak pompa bensin tampak antrean kendaraan mewah membeli Premium. Tanpa malu-malu mereka memanfaatkan subsidi bahan bakar yang disediakan pemerintah untuk mereka yang kurang mampu. Ini tentu patut disayangkan. Orang kaya yang membeli bensin jenis Premium sama saja dengan merampas subsidi untuk rakyat miskin.
Untuk itu, tak ada jalan lain, kebijakan pembatasan subsidi bensin sudah tak bisa ditawar lagi. Anggaran negara bisa dihemat sampai Rp 3,8 triliun dan dialokasikan untuk program yang benar-benar bermanfaat bagi orang miskin. Dalam jangka panjang, ini bisa mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat.
Ari Sofyan
Jalan Guru Mughni Nomor 46
Karet Kuningan
Kamera Hilang di Kabin Garuda
SAYA menumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-519 dari Balikpapan menuju Jakarta, pada pukul 17.50 Wita, 11 Februari lalu. Saya dan seorang rekan duduk di bangku 7D dan 7E. Dalam perjalanan, saya melihat foto-foto selama di Balikpapan di kamera digital Panasonic Lumix 10 MP warna hitam abu-abu. Kemudian, saat pramugari menyajikan makanan, kamera saya letakkan di samping bangku 7D.
Setelah mendarat, dalam perjalanan pulang menuju rumah sekitar pukul 21.00, saya baru sadar bahwa kamera tersebut tertinggal di pesawat. Rekan saya langsung membuat laporan ke bagian lost and found Garuda dan diterima oleh karyawan berinisial E.
Rekan saya memohon pihak Garuda secepatnya melakukan pengecekan ke petugas kebersihan karena menurut perkiraan kamera itu jatuh di bawah bangku. Satu jam kemudian saya menelepon lagi dan dijawab tidak ada yang menemukan kamera itu. Dia menjelaskan pesawat sudah meneruskan perjalanan ke Yogyakarta dan laporan kehilangan kami diterima dengan nomor 653.
Keesokan harinya rekan saya menanyakan kembali perkembangan laporan itu. Dijawab oleh petugas Garuda, hasilnya negatif atau tidak ada yang menemukan kamera tersebut. Kami sangat kecewa atas pelayanan Garuda. Sebab, sebagai sebuah maskapai besar semestinya Garuda mempunyai mekanisme investigasi terhadap personel yang bertanggung jawab atas barang yang ada dalam kabin pesawat.
Saya juga mengimbau kepada orang yang menemukan kamera tersebut agar bersedia mengirimkan data yang ada di kamera tersebut karena foto-foto itu sangat berarti bagi saya.
Irsyal Yasman
Jalan Tanah Tinggi IV Nomor 41
Jakarta 10540
[email protected]
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo