Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyoal Kredit Lewat SMS
MARAKNYA penawaran kredit dari perbankan yang disampaikan lewat pesan pendek sudah sangat mengganggu. Dalam sehari saya bisa menerima 25 kali tawaran kredit lewat SMS. Yang menyebalkan, SMS sampah ini seperti tak mengenal waktu, bisa pagi bahkan malam hari menjelang tidur. Isinya hampir serupa: kemudahan mengajukan kredit mulai Rp 5 juta hingga Rp 100 juta.
Tentu saja saya bingung menerima tawaran kredit lewat SMS ini. Selama ini, saya tak pernah memberikan nomor seluler kepada orang tak dikenal. Saya jadi heran dari mana staf pemasaran bank mendapatkan nomor telepon saya.
Saya khawatir data saya di beberapa bank bocor kepada orangorang yang ingin memanfaatkan peluang bisnis. Atau janganjangan nomor telepon saya di operator seluler jatuh kepada staf pemasaran di bank, sehingga hampir setiap hari saya dibombardir oleh pesanpesan sampah ini.
Saya berharap Bank Indonesia menegur dan memberikan sanksi kepada bankbank yang telah melakukan penawaran kredit lewat SMS. Meski staf pemasaran setiap bank hanya tenaga lepas, manajemen bank harus ikut bertanggung jawab meredam dan mengatasi maraknya penawaran kredit lewat SMS ini. Sebab, tarafnya sudah sangat mengganggu.
Juga perusahaan seluler. Sebagai pemilik jutaan nomor, mereka jangan lepas tangan. Para operator seluler harus ikut bertanggung jawab karena telah memberi jalan mulus dengan menggratiskan ribuan SMS setiap hari. Dengan fasilitas itu, tanpa khawatir keluar biaya besar, staf bank semakin sesuka hati menawarkan kreditnya kepada semua orang.
Dini D.
Jagakarsa, Jakarta Selatan
Bantahan Perkumpulan Tenun
Sehubungan dengan berita ”Panggung untuk RI Satu Setengah” di majalah Tempo edisi 1016 Januari 2011, dengan ini kami sampaikan bahwa satu kalimat dalam berita itu keliru. Pada berita yang dimuat di halaman 29, ada satu pernyataan sebagai berikut: ”Selang satu bulan setelah peluncuran buku biografinya, buku kedua terbit. Bertepatan dengan acara Pesta Tenun 2010 di Hotel RitzCarlton, Jakarta, buku berjudul Tenun: Handwoven Textile of Indonesia karya Ani Yudhoyono diluncurkan.”
Perlu kami luruskan bahwa buku tersebut diterbitkan oleh kelompok kami, Perkumpulan Cita Tenun Indonesia (CTI), dan bukan oleh Ibu Ani Yudhoyono. Memang dalam hal ini, sebagai penerbit buku, kami sempat meminta Ibu Ani Yudhoyono sebagai Ibu Negara untuk meluncurkan buku itu dalam Pesta Tenun 27 Agustus 2010 di Ballroom Hotel RitzCarlton, Jakarta. Kehadiran Ibu Ani saat itu adalah kehormatan bagi kami.
Karena itu, kami mohon keterangan keliru dalam majalah Tempo edisi itu dapat diralat sesuai dengan penjelasan kami ini. Terima kasih.
Lusi Ismail Ning
Humas Perkumpulan Cita Tenun Indonesia
—Terima kasih atas penjelasan Anda. Red
Keluhan Warga Pulogadung
MENANGGAPI surat pembaca dari Saudara Tricahyo (Tempo, 713 Februari 2011), saya sebagai warga yang tinggal di sekitar Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta, merasakan hal yang sama. Pengelola Kawasan Industri Pulogadung, yakni PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung yang notabene adalah badan usaha milik daerah di Jakarta, belum berbuat banyak untuk kami.
Selama ini, warga sekitar kawasan industri ini hanya jadi penonton. Banyak dari kami masih menganggur, miskin, dan tidak mengecap pendidikan tinggi. Selain itu, kualitas lingkungan di sekitar kami juga buruk: polusi udara dan air tanah mengancam. Kami khawatir kondisi ini akan berpengaruh pada kesehatan warga di masa depan.
Kami mohon manajemen PT Jakarta Industrial bersungguhsungguh memperhatikan kepentingan warga. Pusat layanan tenaga kerja (job center) memang ada, namun lebih banyak dimanfaatkan orang luar, bukan warga sekitar Pulogadung. Dana bantuan pembinaan usaha kecil dan menengah pun jarang yang dinikmati warga.
Kawasan Industri Pulogadung sudah berdiri 37 tahun, namun kami hanya memperoleh bantuan sunatan massal setiap tahun. Akan jauh lebih produktif jika PT Jakarta Industrial memberikan bantuan beasiswa untuk anakanak Pulogadung, dan bantuan permodalan atau pelatihan manajemen untuk warga yang berwirausaha. Itu akan memberikan dampak berkelanjutan untuk warga di sekitar Kawasan Industri Pulogadung. Terima kasih.
Mat Adi
Cakung, Jakarta Timur
Pajak Properti Macet
DALAM tiga bulan terakhir, pemerintah kesulitan memungut bea perolehan hak atas tanah dan bangunan karena adanya peralihan kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah. Pemerintah daerah tampaknya tidak siap dengan aturan pelaksana yang berakibat pada terhambatnya semua proses jualbeli rumah, kantor, dan properti lain karena ketiadaan akta jualbeli.
Ini tentu bisa berdampak panjang. Pertamatama semua penjualan macet ini membuat cash flow banyak perusahaan pengembang terganggu. Ini membuat pembelian bahan bangunan untuk proyek baru pun tertunda. Pada akhirnya penyaluran kredit perumahan terhambat dan banyak buruh bangunan terpaksa menganggur.
Untuk itu, kami mendesak pemerintah agar menerapkan kebijakan jalan pintas untuk memecah kebuntuan akibat tidak terpungutnya bea perolehan hak ini. Salah satunya dengan membebaskan masyarakat dari keharusan membayar bea ini, paling tidak selama tiga bulan. Ini akan memberi waktu pada pemerintah daerah untuk menyelesaikan aturan pelaksanaan pungutan ini.
Kalaupun pembebasan bea tidak dianjurkan, pemerintah bisa membuat aturan darurat agar bea perolehan ini untuk sementara dihitung sebagai utang konsumen, yang bisa dibayar kemudian. Intinya, semua cara harus dilakukan agar sektor properti tidak terancam macet oleh masalah ini.
Setelah itu, semua pembuat kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah harus duduk bersama mencari solusi lebih permanen untuk memecahkan masalah ini. Mereka yang menjadi penyebab awal munculnya masalah tak perlu ini harus diberi sanksi tegas.
Lie Gan Yong
Pulogadung, Jakarta Timur
Jejaring Usaha Taman
SAYA sedang memulai usaha di bidang pertamanan (landscaping) dan membuat kebun pembibitan tanaman hias (nursery). Saya sudah mengerjakan dua proyek taman di rumah tinggal dan merasa cukup puas dengan hasilnya. Saya sendiri bertekad untuk terus berusaha di bidang ini.
Saya ingin berkomunikasi dengan pembaca Tempo yang punya informasi tentang perkembangan ilmu pertamanan. Ini akan menambah kaya pengalaman dan jejaring saya. Terima kasih.
Titi Shamad
Tambun Selatan, Bekasi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo