Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Taksi, Oh, Taksi...

Meski terjadi perampokan dan pemerkosaan penumpang oleh sopir taksi, responden tetap menilai taksi sebagai angkutan umum paling aman.

6 Februari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAKSI maut itu bernomor polisi B-1714-MX. Malam itu, dia ngetem menunggu mangsa di pinggir jalan kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, seorang gadis menumpang taksi itu. Alih-alih diantar ke tempat tujuan, si gadis malah dirampok lalu digagahi oleh si sopir dan kawanannya. Polisi kemudian berhasil menangkap para begundal itu dalam tempo singkat. Namun, ketakutan yang ditimbulkan oleh drama kriminal yang menyita perhatian warga Jakarta akhir bulan silam itu tak segera sirna.

Perampokan oleh sopir taksi—atau sebaliknya, pengemudi ditodong penumpangnya—sejatinya bukan hal baru di kota yang keras seperti Jakarta. Namun, perampokan disertai pemerkosaan oleh sopir taksi terhitung jarang. Apalagi modus operandinya cukup unik. Pelaku bersembunyi di bagasi belakang mobil, lalu masuk ke ruang penumpang melalui jok belakang yang sudah dirancang agar gampang dibuka.

Dari manakah awal munculnya kesemrawutan itu? Wakil Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Agus Pambagio, melihatnya dari persaingan tak sehat yang terjadi di antara sesama sopir taksi. Sikap Pemerintah Daerah Jakarta yang terlalu gampang mengeluarkan izin operasi perusahaan taksi, kata Agus, membuat ke-30 perusahaan yang beroperasi sekarang bersaing merebut penumpang.

Kompetisi, sekaligus tuntutan ekonomi, membuat sopir harus bekerja maksimal. Padahal, mereka juga bisa lelah dan harus beristirahat. Nah, di saat si sopir beristirahat itulah mobil disewakan ke orang lain. Muncullah istilah "sopir tembak". Repotnya, sopir tembak inilah biasanya yang kemudian berkelakuan "aneh-aneh".

Ini sebetulnya sangat ironis dengan citra angkutan umum Jakarta di mata peserta jajak pendapat TEMPO. Sebagian besar responden beranggapan kualitas layanan angkutan kota di Jakarta sudah baik. Hanya sepertiga dari mereka yang menilai buruk. Entah bagaimana memahami pendapat tersebut di tengah fakta bahwa secara umum angkutan umum Jakarta jauh dari memadai. Selain kondisi fisik kendaraannya jelek, jumlahnya pun tidak mencukupi. Setiap pagi orang terpaksa rela berjejalan, bahkan sampai bergelantungan, di atas bus kota. Penumpang kereta rel listrik (KRL) pun sudi berdesakan seperti ikan sarden di dalam kaleng.

Ironisnya lagi, taksi tetap menjadi alternatif transportasi terbaik meski tarifnya lebih mahal. Ini tampak dari pendapat responden yang menunjuk taksi memang lebih aman dibandingkan dengan jenis angkutan lain. Dan walaupun telah terjadi aksi perampokan dan pemerkosaan, hanya separuh responden—kebanyakan wanita—yang menjadi ragu-ragu naik taksi. Separuhnya lagi, sebagian besar pria, tak terpengaruh oleh peristiwa itu.

Dalam memilih taksi, merek dan citra perusahaan menjadi perhatian utama responden. Baru setelah itu, mereka mempertimbangkan penampilan dan kelengkapan kendaraan. Pilihan ini wajar mengingat secara psikologis calon penumpang akan menghubungkan penampilan dengan kemampuan kendaraan.

Untuk membuat taksi tetap menjadi sarana angkutan yang aman dan nyaman, responden mengusulkan agar perusahaan taksi menyeleksi calon pengemudi dengan ketat. Pemerintah juga harus lebih ketat memantau keseriusan pengusaha taksi dalam menyediakan jasa layanan kepada konsumen.

Karena itu, Agus Pambagio mengusulkan agar Pemda DKI membeberkan saja nama-nama perusahaan taksi yang masih layak beroperasi dan yang tidak. Perusahaan yang sudah tidak layak sebaiknya dilikuidasi atau dimerger dengan perusahaan yang bagus. "Agar layanan mereka meningkat dan persaingan di jalan tidak ketat," ujarnya. Kepada konsumen, ia mewanti-wanti sebaiknya memesan taksi lewat telepon. "Lebih aman," kata Agus.

Wicaksono


INFO GRAFIS
Bagaimana penilaian Anda terhadap kualitas pelayanan transportasi umum di Jakarta?
Sangat baik1%
Baik16%
Biasa saja52%
Buruk26%
Sangat buruk0%
 
Mana di antara jenis transportasi kota di bawah ini yang paling aman menurut Anda?
Taksi37%
Kereta rel listrik (KRL)22%
Bus kota16%
Mikrolet9%
Bajaj6%
Ojek4%
Metromini1%
 
Seberapa seringkah Anda menggunakan taksi?
Satu kali sebulan34%
Dua kali sebulan27%
Tidak pernah17%
Satu kali seminggu11%
Dua kali seminggu7%
Hampir tiap hari4%
 
Apakah peristiwa perampokan dan pemerkosaan oleh sopir taksi seperti yang baru saja terjadi menyebabkan Anda ragu-ragu naik taksi?
Ya 51%
Tidak49%
 
Bila Anda memilih taksi, apa yang menjadi dasar pilihan Anda?
Nama/merek perusahaan taksi yang bersangkutan77%
Penampilan fisik kendaraan58%
Kelengkapan identitas kendaraan51%
Atribut kendaraan berfungsi baik47%
Penampilan pengemudi33%
Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban.
 
Apa saran Anda untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan taksi di Jakarta?
Perusahaan taksi harus menyeleksi pengemudinya dengan ketat75%
Pemerintah harus lebih ketat memantau keseriusan perusahaan taksi dalam memberikan servis kepada penumpang 68%
Pelaku kejahatan taksi dijatuhi hukuman seberat-beratnya66%
Aparat kepolisian sebaiknya merazia taksi secara periodik52%
Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban.
 

Metodologi jajak pendapat ini:

  • Penelitian ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 511 responden di lima wilayah DKI pada 29 Januari-1 Februari 2000. Dengan jumlah responden tersebut, tingkat kesalahan penarikan sampel (sampling error) diperkirakan 5 persen.

  • Penarikan sampel dilakukan dengan metode random bertingkat (multistages sampling) dengan unit kelurahan, RT, dan kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan kombinasi antara wawancara tatap muka dan melalui telepon.

MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.00 WIB

Independent Market Research
Tel: 5711740-41, 5703844-45 Fax: 5704974

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum