Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perampokan oleh sopir taksiatau sebaliknya, pengemudi ditodong penumpangnyasejatinya bukan hal baru di kota yang keras seperti Jakarta. Namun, perampokan disertai pemerkosaan oleh sopir taksi terhitung jarang. Apalagi modus operandinya cukup unik. Pelaku bersembunyi di bagasi belakang mobil, lalu masuk ke ruang penumpang melalui jok belakang yang sudah dirancang agar gampang dibuka.
Dari manakah awal munculnya kesemrawutan itu? Wakil Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Agus Pambagio, melihatnya dari persaingan tak sehat yang terjadi di antara sesama sopir taksi. Sikap Pemerintah Daerah Jakarta yang terlalu gampang mengeluarkan izin operasi perusahaan taksi, kata Agus, membuat ke-30 perusahaan yang beroperasi sekarang bersaing merebut penumpang.
Kompetisi, sekaligus tuntutan ekonomi, membuat sopir harus bekerja maksimal. Padahal, mereka juga bisa lelah dan harus beristirahat. Nah, di saat si sopir beristirahat itulah mobil disewakan ke orang lain. Muncullah istilah "sopir tembak". Repotnya, sopir tembak inilah biasanya yang kemudian berkelakuan "aneh-aneh".
Ini sebetulnya sangat ironis dengan citra angkutan umum Jakarta di mata peserta jajak pendapat TEMPO. Sebagian besar responden beranggapan kualitas layanan angkutan kota di Jakarta sudah baik. Hanya sepertiga dari mereka yang menilai buruk. Entah bagaimana memahami pendapat tersebut di tengah fakta bahwa secara umum angkutan umum Jakarta jauh dari memadai. Selain kondisi fisik kendaraannya jelek, jumlahnya pun tidak mencukupi. Setiap pagi orang terpaksa rela berjejalan, bahkan sampai bergelantungan, di atas bus kota. Penumpang kereta rel listrik (KRL) pun sudi berdesakan seperti ikan sarden di dalam kaleng.
Ironisnya lagi, taksi tetap menjadi alternatif transportasi terbaik meski tarifnya lebih mahal. Ini tampak dari pendapat responden yang menunjuk taksi memang lebih aman dibandingkan dengan jenis angkutan lain. Dan walaupun telah terjadi aksi perampokan dan pemerkosaan, hanya separuh respondenkebanyakan wanitayang menjadi ragu-ragu naik taksi. Separuhnya lagi, sebagian besar pria, tak terpengaruh oleh peristiwa itu.
Dalam memilih taksi, merek dan citra perusahaan menjadi perhatian utama responden. Baru setelah itu, mereka mempertimbangkan penampilan dan kelengkapan kendaraan. Pilihan ini wajar mengingat secara psikologis calon penumpang akan menghubungkan penampilan dengan kemampuan kendaraan.
Untuk membuat taksi tetap menjadi sarana angkutan yang aman dan nyaman, responden mengusulkan agar perusahaan taksi menyeleksi calon pengemudi dengan ketat. Pemerintah juga harus lebih ketat memantau keseriusan pengusaha taksi dalam menyediakan jasa layanan kepada konsumen.
Karena itu, Agus Pambagio mengusulkan agar Pemda DKI membeberkan saja nama-nama perusahaan taksi yang masih layak beroperasi dan yang tidak. Perusahaan yang sudah tidak layak sebaiknya dilikuidasi atau dimerger dengan perusahaan yang bagus. "Agar layanan mereka meningkat dan persaingan di jalan tidak ketat," ujarnya. Kepada konsumen, ia mewanti-wanti sebaiknya memesan taksi lewat telepon. "Lebih aman," kata Agus.
Wicaksono
INFO GRAFIS | Bagaimana penilaian Anda terhadap kualitas pelayanan transportasi umum di Jakarta? | Sangat baik | 1% | Baik | 16% | Biasa saja | 52% | Buruk | 26% | Sangat buruk | 0% | | Mana di antara jenis transportasi kota di bawah ini yang paling aman menurut Anda? | Taksi | 37% | Kereta rel listrik (KRL) | 22% | Bus kota | 16% | Mikrolet | 9% | Bajaj | 6% | Ojek | 4% | Metromini | 1% | | Seberapa seringkah Anda menggunakan taksi? | Satu kali sebulan | 34% | Dua kali sebulan | 27% | Tidak pernah | 17% | Satu kali seminggu | 11% | Dua kali seminggu | 7% | Hampir tiap hari | 4% | | Apakah peristiwa perampokan dan pemerkosaan oleh sopir taksi seperti yang baru saja terjadi menyebabkan Anda ragu-ragu naik taksi? | Ya | 51% | Tidak | 49% | | Bila Anda memilih taksi, apa yang menjadi dasar pilihan Anda? | Nama/merek perusahaan taksi yang bersangkutan | 77% | Penampilan fisik kendaraan | 58% | Kelengkapan identitas kendaraan | 51% | Atribut kendaraan berfungsi baik | 47% | Penampilan pengemudi | 33% | Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban. | | Apa saran Anda untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan taksi di Jakarta? | Perusahaan taksi harus menyeleksi pengemudinya dengan ketat | 75% | Pemerintah harus lebih ketat memantau keseriusan perusahaan taksi dalam memberikan servis kepada penumpang | 68% | Pelaku kejahatan taksi dijatuhi hukuman seberat-beratnya | 66% | Aparat kepolisian sebaiknya merazia taksi secara periodik | 52% | Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban. | | |
Metodologi jajak pendapat ini:
- Penelitian ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 511 responden di lima wilayah DKI pada 29 Januari-1 Februari 2000. Dengan jumlah responden tersebut, tingkat kesalahan penarikan sampel (sampling error) diperkirakan 5 persen.
- Penarikan sampel dilakukan dengan metode random bertingkat (multistages sampling) dengan unit kelurahan, RT, dan kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan kombinasi antara wawancara tatap muka dan melalui telepon.
MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.00 WIB
Independent Market Research
Tel: 5711740-41, 5703844-45 Fax: 5704974
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo