Adalah kabar gembira mendengar Taman Safari Indonesia (TSI) berhasil mengembangbiakkan satwa-satwanya. Yang lebih menggembirakan lagi, sebagian besar dari satwa itu tergolong langka. Usaha TSI pantas mendapatkan penghargaan. Di lain pihak, timbul masalah lain, yakni semakin sempitnya habitat satwa dan semakin besarnya populasinya. Hal itu disebabkan oleh angka kelahiran satwa TSI yang tinggi. Bila hal ini tidak terselesaikan, bukan tidak mungkin TSI akan menurunkan tingkat kelahiran satwa-satwanya. Untuk itu, saya mengajukan usul. Pertama, TSI berusaha menjalin kerja sama dengan kebun binatang yang ada di Indonesia dan di luar negeri. Sebab, masih banyak kebun binatang di Indonesia yang koleksi satwanya terlalu sedikit. Kerja sama pun dapat dilakukan dengan taman nasional atau suaka margasatwa, misalnya untuk melakukan penangkaran. Pelaksanaannya memang berat karena memerlukan biaya, kekompakan, serta keringanan birokrasi dari instansi terkait dan masih banyak lagi pengorbanan yang harus dilakukan. Kedua, memperluas habitat satwa TSI. Tapi itu kurang efektif mengingat perluasan dibatasi oleh tempat. Juga perlu diingat, perluasan perlu melihat lingkungan sekitarnya karena di daerah Puncak ada bagian yang produktif, subur, dan dilindungi. ANOM BOWOLAKSANONO Mahasiswa Biologi Universitas Indonesia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini