Dalam tulisan "Gampang Hilang" (TEMPO, 22 Juni 1991, Ekonomi & Bisnis) ada pemberitaan yang tidak benar, sebagai berikut: 1. Saya tidak pernah merasa diwawancarai oleh wartawan TEMPO. Memang benar pada Jumat, 14 Mei 1991, wartawan TEMPO mengontak saya lewat telepon, minta izin untuk wawancara dengan direksi. Namun, setelah kami mencoba menghubungi dua orang direksi Indocement yang concern mengenai masalah semen, ternyata tidak dapat diwawancarai. 2. Indocement tidak pernah "mengistirahatkan" ratusan buruhnya. Dan juga saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu. 3. Mengenai stok semen yang menumpuk sebanyak 300 ribu ton atau senilai Rp 30 milyar, dan Indocement sedang minta kepada pemerintah agar membuka keran ekspor kembali, itu adalah pernyataan direktur utama kami ketika diwawancarai oleh beberapa media cetak pada peresmian PDDI unit Indocement di Citeureup pada 1 Juni 1991. 4. Saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan, "Tak sedikit developer yang menunda proyeknya, sehingga mudah ditebak pembeli semen pun jadi berkurang, serta mengharap pemerintah bertindak fleksibel." 5. Foto yang ada dalam artikel tersebut yang bertuliskan: "Stok semen di pabrik Indocement, bisa hilang, bisa menumpuk?" itu bukan foto pabrik kami. Memang pernah pada 6 Juni 1991, TEMPO berkirim surat kepada kami yang isinya minta izin memotret tapi sampai foto itu diturunkan kami belum pernah memberi izin. ALEXANDER FRANS, S.H. Staf Direksi PT Indocement Tunggal Prakarsa * Hasil wawancara kami dengan sumber kami di PT Indocement melalui telepon mengatakan demikian. Tentang foto, memang terjadi salah pasang. Atas kesalahan itu, kami mohon maaf- Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini