Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Tanggapan Pembaca

2 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENANGGAPI tulisan di rubrik Aksara berjudul ”Mana Dadamu, Nasionalisme?” pada TEMPO, Edisi 19 Agustus 2001, saya merasa bahwa nasionalisme dan patriotisme terhadap bahasa Indonesia sangat kurang. Sehingga mereka seenaknya menggunakan kata serapan atau kata asing yang sebetulnya tidak perlu. Hal itu terlihat jelas pada tulisan yang terdapat pada berbagai surat kabar dan majalah berbahasa Indonesia. Juga percakapan di radio maupun televisi. Selama kurang lebih sepuluh tahun, saya mencatat sebanyak 250 kata serapan atau kata yang dipungut dari bahasa Inggris. Sebagian kata serapan tersebut nyaris menggusur kata asli bahasa Indonesia. Misalnya, kata isu diganti dengan desas-desus, arogan diganti congkak atau angkuh, publik menjadi rakyat/masyarakat/umum dan pemerintah. Sekarang banyak digunakan kata kondusif sebagai pengganti kata baik, tenang, dan mendukung. Dr. SAYOGA Jalan Buah Batu 201 Bandung 40264

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus