Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suami mantan presiden Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas, mendapat perawatan intensif di ruang ICU lantai dua Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Taufiq mengeluh sesak napas dan terkena stroke ringan minggu lalu. Pria kelahiran Jakarta, 31 Desember 1942, ini kemudian dilarikan ke rumah sakit, Jumat (14/10).
Hingga pekan lalu, sesepuh PDI Perjuangan ini belum diizinkan kembali ke rumahnya. Meski begitu, menurut Tjahjo Kumolo, kondisi kesehatan Taufiq berangsur-angsur membaik. ”Sudah bisa banyak bicara,” ujar Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR ini, Rabu pekan lalu. Namun, wartawan dilarang menjenguk Taufiq di kamar perawatan. ”Bapak tidak bisa dijenguk. Keluarga tidak mengizinkan,” ujar petugas keamanan yang berjaga-jaga di depan pintu kamar ICU.
PENGHARGAAN Munir, 39 tahun
Pejuang hak asasi manusia yang dibunuh dalam perjalanan ke Belanda pada 7 September 2004, Munir, menerima penghargaan The Civil Courage Prize 2005. Penghargaan itu diberikan The Trustees of the North Court Parkinson Fund, lembaga swadaya masyarakat (LSM) berbasis di New York. Munir dinilai berjasa dalam menegakkan hak asasi manusia di negeri ini.
Human Rights First, LSM berbasis di New York, menerima penghargaan itu mewakili keluarga almarhum Munir. Bagi Suciwati, penghargaan itu membuktikan pengakuan dunia atas kredibilitas suaminya. ”Juga menunjukkan solidaritas internasional atas pengungkapan kasus kematian Munir,” ujarnya kepada Tempo, Rabu pekan lalu.
Motif dan dalang pembunuhan ayah Alif Alende, 7 tahun, dan Diva Suukyi, 3 tahun, itu hingga kini masih teka-teki. Memang, pengadilan telah mendakwa Pollycarpus sebagai pelaku pembunuhan. Namun, menurut Suciwati, dalang sesungguhnyalah yang mesti diungkap.
Selain almarhum Munir, The Civil Courage Prize 2005 juga diberikan kepada aktivis prodemokrasi dari Burma, Min Ko Naing, dan Anna Politkovskaya, wartawan asal Rusia yang mengungkap kejahatan perang di Chezna.
”Saya tidak punya hak untuk marah terhadap tuntutan mereka.” —Paridah binti Abbas, istri terpidana mati kasus bom Bali, Ali Gufron alias Muklas, mengatakan itu di Solo, Rabu pekan lalu. Ia ikhlas atas tuntutan masyarakat Bali agar para pelaku pengeboman segera dieksekusi.
”Setelah reformasi, kegiatan terorisme berupa pengeboman frekuensinya semakin besar. Hingga Oktober, lebih dari 34 kali.” —Panglima TNI Endriartono Sutarto mengatakan itu di Markas Besar TNI-AD, Rabu pekan lalu. Hal ini jadi alasan pengaktifan kembali komando teritorial.
TEMPO DOELOE
16 Oktober 1978 Kardinal Karol Wojtyla terpilih menjadi paus dengan nama John Paul II.
16 Oktober 1984 Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-gereja Asia Afrika, Uskup Desmond Tutu, meraih Nobel Perdamaian atas usahanya mempersatukan para tokoh untuk berkampanye guna mengakhiri apartheid di Afrika Selatan.
17 Oktober 1979 Ibu Teresa, yang mengabdikan seluruh hidupnya menolong kaum papa di India, menerima Nobel Perdamaian.
18 Oktober 1962 Dr Watson dari Amerika Serikat dan Dr Crick & Wilkins dari Inggris mendapat penghargaan Nobel Kedokteran atas karya mereka membuat struktur DNA.
19 Oktober 1951 Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman menyatakan, perang dengan Jerman telah berakhir.
20 Oktober 1963 Tokoh anti-apartheid, Nelson Mandela, disidang di Afrika Selatan. Mandela dan delapan orang lainnya dituduh bersekongkol menggulingkan pemerintahan.
21 Oktober 1945 Untuk pertama kali, perempuan di Prancis diperbolehkan ikut memberikan suara dalam berbagai kegiatan politik.
22 Oktober 1962 Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy mengumumkan ke seluruh dunia bahwa Uni Soviet diam-diam telah membangun pangkalan peluru kendali di Kuba. Ia kemudian memerintahkan angkatan lautnya memblokade negara boneka Uni Soviet itu dan meminta Perdana Menteri Rusia, Nikita S. Khrushchev, memindahkan pangkalan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo