Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semua itu sudah berlalu. Sudah delapan tahun, sejak serombongan orang berambut cepak dan tentara menyerbu kantor pusat Partai Demokrasi Indonesia yang diduduki massa PDI Perjuangan. Ratusan orang terluka. Beberapa orang meninggal. Kini borok itu diungkap lagi. Dua petinggi negeri ini, mantan Kepala Staf Komando Daerah Militer Jaya Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Panglima Komando Daerah Militer Jaya Sutiyoso, disebut-sebut termasuk yang bertanggung jawab.
Peristiwa ini menjadi berita besar. Pengungkapan borok lama pernah ditulis TEMPO satu dasawarsa lalu. Pada edisi 16 Oktober 1993, majalah ini mengungkap riuh-rendahnya tuntutan para korban peristiwa Tanjung Priok dan Nipah, Sampang, Madura.
Di Tanjung Priok, rakyat yang berunjuk rasa dijawab dengan pelor. Hal serupa terjadi di Nipah ketika puluhan orang berupaya mempertahankan tanah mereka sendiri yang hendak diubah menjadi bendungan. Empat orang meninggal.
Kekerasan itu pun memicu protes berkepanjangan. Penyair kondang Emha Ainun Nadjib sampai ikut berdemo, melompat ke panggung dan membacakan puisinya yang diberi judul Nipah-Nipah. Di kampus-kampus, demo protes pun sahut-menyahut. Ada puluhan poster ungkapan kepedihan. Salah satunya berbunyi, "Basofi..., mengapa kau tembak bangsa sendiri, bo... abo."
Pengadilan kasus lama ini mengingatkan kita pada pembukaan luka lama kasus penembakan orang-orang yang berziarah di kompleks pemakaman Santa Cruz, Dili. Bedanya, dalam kasus Tanjung Priok dan Santa Cruz, beberapa petinggi militer terkena jerat hukum. Nah, kapan itu terjadi pada kasus 27 Juli 1996?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo