SAYA sangat prihatin atas perbuatan se-kelompok warga Indonesia (TKI) yang berdemonstrasi di perusahaan tekstil di Nilai Industrial Estate, Negeri Sembilan, Semenanjung Malaysia, 17 Januari 2002.
Pangkal kerusuhan adalah yang berwajib dari Seksi Anti-Narkotika Malaysia mencurigai adanya pengguna/penagih dadah di perusahaan tersebut dan mengadakan tes urine pada 200 orang pekerja shift malam. Rupanya, didapati 16 orang positif pengguna narkotik.
Pihak polisi Malaysia berniat menciduk mereka yang dinyatakan positif pengguna dadah guna dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa. Maka, terjadilah kerusuhan dan merusak kendaraan polisi berikut alat-alat rumah bangunan lima tingkat yang mereka tinggali.
Akibat kerusuhan tersebut, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Dr. Mahathir Mohamad mengatakan melalui media pers, ?Go home trouble makers? dan ?Indon workers may be the last choice for us?. Ini artinya lapangan kerja untuk orang Indonesia di Malaysia akan menjadi sempit dan dipilih ranting terakhir, padahal sebelumnya mendapat prioritas utama menginggat solidaritas ASEAN karena kemudahan bahasa dan agama serumpun.
Saya harap saudara-saudara kita yang berada dan bekerja di negeri Serawak dan Sabah, Malaysia Timur, tidak ikut-ikutan latah mengikuti jejak saudara kita di Semenanjung Malaysia.
BERNARD BASUKI SUTHYA
122, Jalan Urat Mata 2, Tabuan Jaya, Kuching,
Malaysia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini