Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kamus Elektronik buat Tunanetra

Berkat kamus Meldict, kini para tunanetra gampang belajar bahasa Inggris. Praktis, tapi masih suara orang bule dan tak dikomersialkan.

24 Februari 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KENDATI tak melihat, kini Sugiyo gampang tersenyum. Sebab, tugasnya sebagai staf pengajar komputer bicara di Yayasan Mitra Netra, Lebakbulus, Jakarta, belakangan ini makin mulus. Hal itu berkat bantuan kamus digital Inggris-Indonesia bernama Mitra Netra Electronic Dictionary atau Meldict Versi 1. Software kamus pintar ini bersumber dari kamus Inggris-Indonesia susunan John M. Echols dan Hassan Shadily terbitan Cornell University, Ithaca, tahun 2000. Buat Sugiyo, 36 tahun, Meldict menjadi modal awal yang amat berarti untuk meng-ajar 50 tunanetra bimbingannya. Kamus ini tergolong gampang digunakan. "Hanya mempelajari satu jam, kita sudah mahir menggunakannya," ucap Sugiyo sembari menekan-nekan beberapa tombol keyboard. Lantas terdengar ucapan kata dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dari speaker di komputernya. Meldict diciptakan oleh tim Penelitian dan Pengembangan Yayasan Mitra Netra karena belum ada kamus Inggris-Indonesia yang tepat bagi para penyandang tunanetra. Meldict hanya berukuran 20 megabyte dan terkemas dalam satu keping CD-ROM. Itu lebih ringkas dibandingkan dengan kamus konvensional huruf Braille, yang setiap huruf berawalan A bisa setebal lima sentimeter. Bila semua abjad dikumpulkan, kamus konvensional ini bisa sampai 72 jilid dengan tebal 1,5 meter. Meldict diluncurkan sejak akhir Januari 2002. Ia memuat 34.675 kata, 1.920 sinonim, dan 69.990 arti kata. Dikembangkan mulai 1999, berdasarkan proyek kerja sama senilai Rp 150 juta antara Yayasan Mitra Netra dan Citibank, Meldict bisa dioperasikan dengan komputer Pentium II, sistem operasi Windows 98-2000, dan software speech synthesizer. Software terakhir itu merupakan penerjemah teks ke dalam bentuk audio. Alhasil, setiap kali pengguna menekan tombol keyboard, akan terdengar suara yang menjelaskan apa saja yang baru ditekan. Speech synthesizer jenis Job Access with Speech Versi 3.2 (JAWS for Windows 98-2000) itu berbasis bahasa Inggris. Karena itu, "Software kami harus menyesuaikan diri dengan program tersebut," kata Irwan Dwi Kustanto, salah satu programmer Meldict di Yayasan Mitra Netra. Menurut Irwan, ia menggunakan bahasa program komputer biasa, yakni visual basic script. Untuk menggunakan Meldict, pengguna harus memasang dulu software speech synthesizer. Setelah itu, ia meng-install program Meldict. Bila sudah aktif, pengguna tinggal mengeklik pilihan penggunaan. Misalnya penggunaan kata. Setelah kata dimaksud diketik lewat keyboard, kata itu akan segera tampil di layar dan terdengar pembacaannya. Bila kemudian di-enter, Meldict secara otomatis mencari database kata tersebut, contoh kalimatnya, sinonimnya, dan idiomnya. Bersamaan dengan itu, terdengar pula pembacaannya. Praktis, para tunanetra penggunanya tinggal menggerakkan kursor secara manual. Namun, sejak awalnya, ia harus punya kemampuan dasar mengoperasikan komputer bicara atau komputer yang dilengkapi speech synthesizer. Persoalannya, ucapan kata dalam bahasa Indonesia yang terdengar lewat speaker komputer masih kaku?mungkin lantaran masih khas suara orang bule. Memang, "Versi pertama ini belum bisa melafalkan kata dalam bahasa Indonesia secara sempurna," tutur Irwan. Kalimat bahasa Indonesia "Ia pergi menjumpai pacarnya," misalnya, masih terdengar "Ai-e pergi menjumpei paicernya." Itu sebabnya Irwan dan tim programmer Meldict mulai pekan lalu bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk mengembangkan versi Meldict dengan lafal disempurnakan. Mereka juga akan mengupayakan Meldict versi Indonesia-Inggris. "Kami akan mencoba mengutak-atik modul speech synthesizer-nya," kata Irwan. Yang jelas, kini Meldict tak cuma bisa digunakan tunanetra untuk belajar bahasa Inggris, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk belajar menjelajahi internet. Dengan keunggulan itu, mungkinkah Meldict populer di kalangan tunanetra? Belum tentu. Soalnya, kamus itu tak bisa dijumpai di pasaran. Sesuai dengan perjanjian antara Yayasan Mitra Netra dan Cornell University, kata Bambang Basuki, Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra, Meldict tak boleh diperjual-belikan. CD-ROM Meldict, yang sudah dikopi sebanyak 300 keping, hanya akan beredar melalui program hibah kepada lembaga penelitian dan pendidikan tunanetra di Indonesia. Dwi Arjanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus