SETELAH lebih dari setahun menjabat Direktur Utama Garuda, Kamis pekan lalu Wage Mulyono muncul di Gedung TEMPO. Ini memang bukan suatu peristiwa yang luar biasa. Sebelum dia sudah cukup banyak pejabat tinggi atau eksekutif perusahaan penting kami terima sebagai tamu. Tapi tetap saja kunjungan nakoda perusahaan negara yang vital ini menarik untuk dicatat. Soalnya, sebentar lagi musim haji tiba, maka Garuda pun akan menjadi sorotan. Merekalah yang bertanggung jawab mengantarkan dan kemudian memulangkan sekitar 125.000 orang Indonesia yang tahun ini akan menunaikan ibadah rukun Islam kelima itu. Ketika pemberangkatan atau pemulangan jemaah tertunda-tunda, seperti yang terjadi tahun lalu, Garuda pun segera menjadi sorotan. Selain itu, Garuda sendiri sekarang sedang menghadapi persaingan bisnis yang amat ketat. Di dalam negeri, perusahaan ini bersaing dengan perusahaan penerbangan swasta, di luar negeri ia menghadapi perang tarif yang sekarang sedang menggila. Tampaknya, untuk menghadapi kondisi itu semua, sejumlah kebijaksanaan penting sedang digodok oleh Garuda. Karena itu, sekali lagi, kedatangan Direktur Utama Garuda ini punya arti tersendiri bagi kami. Ketika muncul ke kantor kami di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Pak Wage hanya dalam rombongan kecil. Ia hanya didampingi Kepala Biro Umum dan Humas Narendra Dangin dan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Garuda Jansius Siahaan. Kunjungan ini memang lebih bersifat silaturahmi, tapi Wage sendiri rupanya memang ingin menjelaskan berbagai langkah yang diambil Garuda untuk menghadapi musim haji ini. Salah satu di antara langkah itu ialah tentang pengalihan transit pesawat haji Indonesia dari Abu Dabi ke Muscat. Menurut Wage, ada beberapa pertimbangan mengapa tempat transit penerbangan haji dialihkan dari Abu Dabi (Uni Emirat Arab) ke Muscat (Oman). Salah satu alasan: waktu tempuh menjadi lebih pendek tiga puluh menit dibandingkan dengan lewat Abu Dabi, seperti yang terjadi selama ini. Alasan lainnya, keselamatan dan keamanan penerbangan di Muscat lebih tinggi. Meskipun tempat pengisian bahan bakar pesawat-pesawat haji itu dialihkan ke Muscat, pelaksanaan Miqat Makani alias ketentuan tempat wajib mulai berihram yang disyaratkan dalam ibadah haji tak mengalami perubahan, tetap di atas Kota Nasir. Di situ nantinya awak kabin Garuda akan memberi tahu segenap calon jemaah melalui mikrofon bahwa Miqat sudah harus dilaksanakan. Itu dimungkinkan karena pesawat Garuda tetap terbang melintasi Abu Dabi. Dengan demikian, menurut Wage, perpindahan dari Abu Dabi ke Muscat itu tak menimbulkan masalah bagi 125.000 jemaah haji Indonesia yang akan diterbangkan dengan 279 kloter alias kelompok terbang. Insya Allah, di antara para jemaah itu terdapat dua wartawan TEMPO: Penanggung Jawab Rubrik Agama Yulizar Kasiri (bersama istri) dan Penanggung Jawab Rubrik Olah Raga dan Pokok & Tokoh Widi Yarmanto. Bagi kami, tentu saja yang menarik bukan hanya soal haji. Maka, ketika tiba acara diskusi, berbagai pertanyaan tentang soal jetisasi penerbangan swasta dan berbagai hal lainnya bermunculan. Nah, yang menarik, Wage Mulyono mencoba menjawab tuntas semua pertanyaan itu. Tentu saja tak semua pembicaraannya boleh dikutip, namun dengan penjelasan seperti itu kami memperolah informasi yang amat lengkap dan kelak bisa dimanfaatkan ketika menulis berbagai cerita tentang Garuda atau bisnis penerbangan di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini