Untuk Saudara-Saudara di Ambon

TANAH Air sekarang sedang dalam liputan suasana Natal dan Ramadan. Bunga flamboyan sedang memerah pertanda bagi umat nasrani di Indonesia bahwa damai Natal sedang mendekati ambang hati. Sementara itu, kaum muslim sedang menjalani puasa yang sarat dengan pengendalian diri menuju perdamaian dan peduli sesama.

Dalam suasana seperti ini hati saya sangat tersentuh membaca imbauan seorang putra Maluku, Bapak Tamrin Amal Tomagola. Betapa tidak, alam Maluku dan penduduknya yang damai dan ramah, sebagaimana didendangkan dalam lagu-lagu Ambon yang digemari semua anak Indonesia, sedang menuju pembinasaan diri. Bagaimana mungkin, om-om dan tante-tante Ambon yang biasanya ramah-tamah (tetapi keras mempertahankan keyakinan) bisa terseret ke dalam kancah pertikaian seperti di Rwanda? Apakah para provokator masih bergentayangan di Bumi Maluku?

Sebagai anak bangsa yang peduli pada Ambon, saya mendukung solusi yang diajukan Pak Tomagola, seperti disampaikan kepada TEMPO, yang begitu menyeluruh, dapat dilaksanakan (kalau mau), dan menjanjikan perdamaian di Ambon/Maluku.

Orang Ambon, dari semua golongan, pertama harus menyadari bahwa mereka sesungguhnya orang yang suka damai karena mereka itu pemeluk agama yang mengajarkan perdamaian. Karena itu, rapatkan barisan untuk melawan provokator yang punya kepentingan di atas penderitaan orang Ambon. Yakinlah, Tuhan pada waktunya mendengar doa orang-orang yang cinta damai. Salam untuk Pak Tomagola dan saudara-saudara di Ambon Manise.

CORNELIS A. BOEKY, M.P.A.
Rancho Indah, Jalan Tanjung 26/H7
Tanjungbarat, Pasarminggu, Jakarta 12530