TIDAK banyak wartawan yang memperoleh kesempatan mewawancarai dua perdana menteri dalam jangka waktu 10 hari. Wartawan TEMPO Susanto Pudjomartono beruntung memperoleh kesempatan itu, bulan lalu. Pada 7 Oktober, ia mewawancarai PM India Rajiv Gandhi di kantornya di New Delhi. Kemudian pada 17 Oktober ia diterima PM Pakistan Mohammad Khan Junejo di kediaman resminya di Rawalpindi. Tentu saja kesempatan itu dimungkinkan berkat kerja sama dan bantuan Kedubes India dan Pakistan diJakarta. Buat Susanto, 43, kedua tokoh itu bukan pemimpin pemerintahan pertama yang diwawancarainya. Sebelumnya ia pernah mewawancarai PM Malaysia Mahathir Mohamad dan PM Papua Nugini Michael Somare. Mengunjungi India dan Pakistan pada bulan Oktober lalu, kata Susanto, sangat menarik. Ia merasa "beruntung" karena bisa mewawancarai PM Rajiv lima hari setelah percobaan pembunuhan terhadapnya. Ia juga sempat mengunjungi Raj Ghat, kompleks pemakaman Mahatma Gandhi, sekitar tiga jam setelah percobaan pembunuhan yang menggemparkan itu. Selama tiga pekan lebih mengunjungi kedua negara itu, banyak kesan menarik yang diperoleh Susanto. "Seumur hidup belum pernah saya diraba-raba begitu sering seperti di negara-negara itu," ujarnya. Bisa dimaklumi, penjagaan keamanan di kedua negara itu sangat diketatkan setelah meningkatnya gerakan kelompok ekstremis seperti percobaan pembunuhan terhadap Rajiv dan pembajakan pesawat terbang Pan Am di Karachi. Untuk masuk ke pesawat terbang, misalnya, seseorang harus siap diraba-raba dua kali meski sebelumnya sudah melewati beberapa metal detector. Yang paling mengesankan tentang India, kata Susanto, adalah kemajuan teknologi negara tersebut meski disertai proteksi yang sangat ketat terhadap produksi dalam negeri (India sudah lama mampu membuat roket dan satelit komunikasi, juga berbagai rekayasa genetis di bidang pertanian). Maka, dijalan-jalan yang paling banyak berseliweran adalah mobil Ambassador bikinan dalam negeri, yang mirip Austin atau Fiat 1100 di sini tahun 1950-an. Bahkan Rajiv pun mengendarai Ambassador. Meski sudah siap mental, Susanto masih kaget juga tatkala waktu meminjam mesin ketik di hotelnya, seoran pelayan datang mengetuk pintu seraya memanggul sebuah benda raksasa: sebuah mesin ketik besar, yang tentu saja made in India. "Kita mungkin bisa belajar dari India tentang cara hidup sederhana," kata Susanto. Mengirimkan wartawan dan mewawancarai negarawan, selalu dicoba dilakukan TEMPO. Sejumlah tokoh yang pernah kami wawancarai antara lain PM Indira Gandhi dan PM Muangthai Kukrit Pramoj, juga Presiden Kamboja Lon Nol, yan ketiganya diinterviu Salim Said, PM Lee Kuan Yew oleh Amir Daud dan Zulkifly Lubis. Presiden Marcos juga pernah diwawancarai Bur Rasuanto. Negarawan asing yang paling sering diwawancarai TEMPO ternyata PM Mahathir Mohamad. Sejumlah wartawan kami, antara lain Harun Musawa, Agus Basri, dan James R. Lapian, pernah menginterviu tokoh nomor satu Malaysia tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini