KETIKA Indonesia sihuk mempersiapkan Pertemuan Informal Jakarta (JIM), pemerintahan Presiden Heng Samrin mengundang sejumlah wartawan menyaksikan penarikan tentara Vietnam dari Kambola. Di antara yang diundang ke Phnom Penh, akhir Juni, adalah Yuli Ismartono, koresponden TEMPO di Bangkok Yuli sendiri sudah beberepa kali ke Kamboja, dalam angka meliput pemulangan tentara Vietnam. Tak heran bila dia akrab dengan beberpa tokoh di sana. Dialah satu-satunya wartawan yang, ketika itu, diterima PM Hun Sen, untuk sebuah wawancara khusus seputar JIM. Hun Sen, 37 tahun, agaknya tertarik dengan kehadiran Yuli. Barangkali karena ia satu-satunya wartawati di antara sekian banyak wartawan asing yang hadir dalam jumpa pers waktu itu. Hun Sen terkesan atas kehadiran Anda," kata seorang pejabat dari kantor Perdana Menteri. Wawancara khusus TEMPO dengan Hun Sen telah kami turunkan dalam penerbitan 16 Juli lalu. Laporan Yuli dari Kamboja tak cuma wawancara khusus dengan Hun Sen. Ia juga menulis reportase antara lain mengenai kehidupan anggota-anggota "hansip" Kamboja, yang kabarnya akan ikut berperan dalam menjaga keamanan negeri itu, kalau benar pemerintah Hanoi akan menarik segenap pasukannya pada tahun 1990. Ia juga merekam suasana kehidupan rakyat di daerah pinggiran Kamboja. Laporan lain berupa foto mengenai keadaan sebagian Kamboja sekarang. Tulisan dan hasil jepretan kamers ibu dua anak ini kami turunkan dalam Laporan Utama tentang JIM, dan rubrik Kamera -- semuanya dimuat dalam penerbitan minggu ini. Untuk menyiapkan Laporan Utama mengenai JIM, yang berlangsung di Istana Bogor, awal pekan ini, kami juga mengerahkan sejumlah wartawan, fotografer, dan petugas riset TEMPO. Beberapa hari sebelum JIM, kami juga mengundang tiga pengamat masalah internasional memberikan gambaran mengenai peta bumi politik di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indocina. Mereka: Dr Juwono Sudarsono pengajar ilmu politik, dan kini Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia Jusuf Wanandi. Direktur Eksekutif CSIS yang dikenal mempunyai lobby yang cukup luas dengan beberapa pemimpin Vietnam dan ASEAN dan Sabam Siagian, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post, yang pernah dua kali berkunjung ke Vietnam dan Kamboja. Kami sebetulnya, juga punya pengamat Vietnam dan Kamboja. Dialah Wakil Pemimpin Redaksi Fikri Jufri. Fikri, yang bersama Sabam berkunjung ke Vietnam dan Kamboja, dan beberapa kali menulis masalah kedua negeri itu, ikut merancang Laporan Utama minggu ini. Tak kurang dari sembilan wartawan yang turun di gelanggang JIM, termasuk fotografer. Dan peristiwa JIM itu sendiri, yang sudah kami tunggu-tunggu, ternyata dibuka di hari deadline majalah Anda. "Menlu Alatas rupanya tak mau berkompromi dengan TEMPO," kelakar beberapa rekan yang baru kembali dari Istana Bogor Senin larut malam. Apa boleh buat. Sekalian, kami memang tak ingin jika majalah ini terlambat sampai di tangan pembaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini