KINI, heboh peminjaman fosil Ma nusia Jawa ke Jepang -- atau
negara manapun -- tak palu terulang lagi. Dengan teknologi
terbaru di bidang reproduksi, fosil yang jutaan tahun umurnya
itu dapat dikirim ke luar negeri lewat satelit. Tentu saja bukan
barang aslinya, melainkan 'potret elektronis'nya. Hasilnya:
ribuan kilometer dari sini, dalam waktu beberapa menit saja
semacam pesawat penerima TV dapat 'menciptakan' kembali benda
purbakala itu secara utuh, dalam tiga dimensi.
Kampanye pengumpulan dana untuk pemugaran candi Borobudur juga
bisa dilakukan jauh lebih gampang. Tak perlu lagi mengangkut
patung-patung batu yang berat itu untuk dipamerkan di manca
negara. Cukup tindis kenop, maka pesawat penerima TV 3-D dapat
menciptakan kembali patung-patung Buddha sintetis berdasarkan
video-tape patung Borobudur yang direkam di sini.
Ini semuanya dimungkinkan berkat paten No. 4.078.329 yang baru
saja diterbitkan pemerintah AS, Maret lalu. Patent alat bernama
replicator a/n maskapai Omtec di California, AS, pada gilirannya
merupakan penyempurnaan dari TV 3-D yang baru dipatenkan di AS
Agustus 1977. Penemunya, Dr Carl Weber dari laboratorium Batelle
Columbus, produsen mesin fotokopi Xerox. Prinsipnya kurang lebih
sama dengan radiophoto yang biasa disiarkan kantor berita
internasional seperti AP atau PL Cuma bedanya, kalau alat
radiophoto hanya menyiarkan gambar dua dimensi (2-D), maka
replicator ini menyiarkan bentuk tiga dimensi (3-D) dari benda
aslinya.
Sebagai pengganti layar TV 2-D, alat penerima TV 3-D ciptaan Dr
Carl Weber menggunakan kotak tembus cahaya berisi gas yang
berpijar bila tertimpa sinar (fluorescent). Juga berbeda dengan
pesawat TV biasa, isyarat elektronis yang di tangkap TV 3-D ini
diproses dulu dalam sebuah komputer mini, kemudian dipisahkan
menjadi dua berkas sinar laser. Dua berkas sinar yang sangat
tinggi intensitasnya ditembakkan ke kotak pengganti layar TV
tadi, hingga saling berpotongan. Nah, perpotongan kedua sinar
laser itulah yang menimbulkan titik pijar dalam gas fluorescent.
Dan seperti pada layar TV dua dimensi, gerakan titik cahaya
berpendar-pendar itulah yang menciptakan bayangan benda yang
'dilihat' kamera TV. Tapi lengkap dalam ketiga dimensinya.
Sayangnya, setelah siaran TV selesai, gas dalam kotak kaca TV
3-D pudar kembali, dan gambar tiga dimensi itu pun lenyap
kembali. Maka para ahli Omtec lantas mengganti gas dalam kotak
dengan larutan foto-kimiawi yang menghablur bila disoroti
cahaya. Bukan cuma replika dari palstik yang berhasil mereka
buat, tapi juga onderdil mesin dari logam. Dengan menggunakan
larutan garam logam elektrolitis, replikator bikinan orang-orang
California ini berhasil menciptakan kembali bentuk-bentuk yang
rumit. Tanpa perlu melewati prosedur perbengkelan yang panjang
dan banyak makan enerji, seperti mencor, membubut, mengetam,
membor, dan sebagainya.
Dunia Ketiga
"99,9% enerji yang terbuang sebagai panas dalam proses
pengetaman logam dapat dihemat oleh alat ini," tulis wartawan
Ilmu harian The Age di Australia. Ia bahkan menyebut penemuan
alat ini sebagai "permulaan dari Revolusi Industri ke-II."
Sebagai contoh: pusat perancangan mesin di New York dapat
mengirimkan petunjuk pembuatan suatu onderdil yang rumit ke
Brasilia lewat jaringan telekomunikasi untuk dibuat di sana.
Dengan demikian, begitu asumsi The Age, pengalihan teknologi
dari negeri maju ke negeri berkembang bisa dipercepat dengan
tempo yang luar biasa. Sebab negeri-negeri Dunia Ketiga ini, tak
perlu buang waktu dan biaya untuk pembangunan industri mesin
yang mahal itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini